Manfaatkan Peluang Pasar, DPA Asal Solok Selatan Sukses Kembangkan Bisnis Kopi

udin abay | Kamis, 01 April 2021 , 08:36:00 WIB

Swadayaonline.com - Budaya minum kopi sebelum melakukan aktivitas bahkan di sela aktifitas bagi sebagian masyarakat merupakan kebiasaan yang tidak terlepas dari kehidupan tiap harinya. Sedikitnya masyarakat diseluruh dunia menjadikan kopi sebagai jenis minuman yang selalu ada disela kehidupan mereka. 

Bukan hanya dirasa nikmat, tetapi kopi juga merupakan komoditas yang bernilai ekonomis. Maka wajar saja bila berbagai negara memanfaatkan kopi sebagai peluang usaha caffee dan warung/ gerai kopi kekinian seperti yang sedang menjamur saat ini.

Kini masyarakat tidak hanya digandrungi dengan era komoditas tapi lebih dari gaya hidup. Melihat posisi kopi lebih dari sebuah kebutuhan tentunya menjadi peluang sendiri bagi petani kopi di berbagai daerah. Sama-sama telah kita ketahui kopi asal Indonesia memiliki tempat di hati pecinta kopi tak hanya dalam negeri namun luar negeri. Sebut saja kopi arabika Gayo, kopi arabika Kintamani, kopi arabika Toraja, kopi arabika Ijen Raung, kopi arabika Flores Bajawa, kopi robuska Temanggung, kopi Java Preanger dan sederet kopi khas asli Indonesia lainnya.

Attila Majidi seorang pengusaha kopi sukses bertajuk Teras Kopi Pak Datuak dari Solok Selatan, Sumatera Barat. Pria berusia 47 yang bergelar Datuk Sibungsu dari Solok Selatan adalah Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat.  Attilla menceritakan awalnya ia tidak terlalu menggemari kopi, namun karena istrinya pecinta kopi ia pun mencoba dan akhirnya menggemari kopi. “ Saya minum kopi arabica minimal dua gelas sehari kadang bisa lebih. Maklum kopi produksi sendiri”, selorohnya.

Ia pun menjelaskan  proses ia memulai bisnis kopi ini. Tujuh tahun yang lalu, Attila membina dan membentuk kelompoktani perkebunan kopi bersama dengan Penyuluh Perkebunan Kabupaten Solok Selatan. Pada November 2017, Attila terkesan ketika seorang temannya, Direktur RS di  Riau berhenti bekerja dan ingin menekuni bisnis kopi. Saat survei di Yogyakarta, temannya menemukan sebuah kafe yang khusus menjual kopi Arabica Solok. 
Ia pun menelusuri daerahnya dan ternyata  banyak daerah yang kesulitan memenuhi banyaknya permintaan kopi Arabica dan mencari bahan baku ke Solok Selatan. 

Peluang ini tentunya tak disia-siakan oleh alumni IPB angkatan 28 ini mengingkat luas tanaman kopi Arabica di Solok Selatan saat ini mencapai 450 ha dan Robusta 3.293 ha.  
Persiapan wirausaha pertanian pun dijalani, hingga pda Januari 2018, Attila mengelola Teras Kopi Pak Datuak dan memproduksi Kopi merek Pak Datuak. Mulai dari Green Bean, Whole dan Ground. Untuk pangsa pasar tak perlu diragukan lagi. 

"Saya rutin mengirim kopi ke Jakarta, Pekanbaru, Bekasi dan Bandung.  Dan ternyata ngopi, mengenal kopi dan mengenal penikmat kopi itu asyik," katanya.

Selain menanam kopi dan memproduksi kopi merek Pak Datuak, Attila kini juga mengemas lahan usahanya menjadi tempat wisata edukasi selain tempat nongkrong kekinian. Ia pun memiliki motto "kopi dalam cangkir boleh habis, tapi perbincangan kita tentang kopi dan cinta tidak akan pernah usai!".

Atilla pun tak lupa untuk memberdayakan petani sekitar. Saat ini ada 4 kelompoktani yang dibina dan ada 7 pelaku usaha yang sudah mengeluarkan produk dengan merek sendiri. Sampai saat ini tercatat muncul 5 pelaku usaha prosesor kopi atau mengolah kopi menjadi Green Bean,  3 roaster atau mengolah Green Bean menjadi Roasted Bean.
Kiprah Attila yang sukses mengembangkan usaha di sektor pertanian dengan tidak melupakan untuk memberdayakan petani sekitar inilah yang membuatnya didapuk menjadi DPM Bersama 66 DPM/DPA lainnya ditahun 2020 lalu. 

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan regenerasi petani dengan meningkatkan peran generasi muda pertanian dalam mengembangkan dan memajukan sektor pertanian agar lebih prospektif dan berpeluang ekspor.

"Duta-duta ini diharapkan mampu menarik generasi milenial lainnya untuk ikut berwirausaha pertanian”, tegas SYL.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi yang juga selaku dewan pembina DPM/DPA menilai perlu petani-petani muda yang dapat memberikan kontribusi dalam gerakan pembaharuan pembangunan pertanian yang dapat membaca peluang dan mengambil peluang tersebut dengan baik. 

“Kehadiran DPM/DPA sebagai kepanjangan tangan Kementan untuk mempercepat advokasi kepada masyarakat terutama berkaitan dengan program-program Kementan sehingga program tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat di lapangan," kata Dedi. SY/NL