Bangun Komunitas Gubug Tani Milenial, Pemuda Asal Madura Ini Sukses Majukan Pertanian Desanya

udin abay | Minggu, 23 Mei 2021 , 21:38:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan membudidayakan komoditas pertanian sesuai dengan kondisi geografisnya. Berbagai tanaman mampu tumbuh subur hampir di seluruh pelosok negeri ini.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, profesi petani tampaknya tidak dilirik dan mulai ditinggalkan, khususnya generani muda kita. Pertanian dianggap menjadi bisnis yang kurang menjanjikan sehingga banyak pemuda yang memilih profesi yang lain dan bahkan mencari kerja dengan bermigrasi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Namun, paradigma itu tidak berlaku bagi Choirul Ichwan yang akrab disapa Ichwan. Pemuda 25 tahun dari Dusun Song-Osong, Desa Aeng Sareh, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur berhasil mengembangkan agribisnis dan mengajak pemuda tani di wilayahnya untuk bergabung membentuk komunitas yang disebut Gubuk Tani Milenial.

Nama Gubuk Tani Milenial dipilih karena kata “gubuk” itu biasanya dikenal dengan sebutan untuk tempat istirahat petani di sawah, terbuat dari kayu atau bambu dengan atap genting atau ilalang. Kata “tani” menunjukkan profesi petani dan bidang yang ditekuni. Sedangkan “milenial” dipilih karena anggota komunitas ini terdiri dari para pemuda tani. Anehnya, Gubuk Tani Milenial ini kebanyakan diisi oleh pemuda yang berbasis non pertanian dan anggotanya baru 10 orang. Ichwan sendiri adalah lulusan S1 jurusan Bahasa Inggis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura. 9 orang anggota lainnya lulusan Akademi Keperawatan dan jurusan ekonomi. Namun, Ichwan dan teman-temannya sudah berkomitmen untuk mengembangkan dunia pertanian dan memotivasi petani muda lainnya untuk menggeluti pertanian di desanya.

“Saya senang bertani dan saya mengajak teman-teman saya yang juga senang bertani untuk bergabung”. ungkap Ichwan. Gubug Tani Milenial melaksanakan berbagai kegiatan untuk sharing seputar teknis pembuatan pupuk organik yang berasal dari limbah padi yang biasanya dibuang atau dibakar saja oleh petani, namun sekarang petani sekitar telah mengumpulkan limbah tersebut  dan diproses menjadi pupuk organik. Selain pemupukan, mereka juga tekun melakukan budidaya pertanian dan pemasaran hasil pertanian. Produk yang dihasilkan oleh petani milenial dijual lewat komunitas ini, mulai dari produk segar sampai olahan. “Kami sebenarnya berencana untuk menyewa lapak, namun modal belum mencukupi, sehingga modalnya dialihkan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting”, imbuh Ichwan.

Petani Muda dalam Gubuk Tani Milenial, berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan agribisnis secara terpadu mulai dari penyiapan pupuk organik, budidaya, pengolahan hasil sampai dengan pemasaran produk baik secara online maupun offline. Ilmu tersebut kami kembangkan setelah mengikuti pelatihan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan dan program pelatihan pemuda pelopor yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olanhraga (Dispora) Provinsi Jawa Timur.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan bahwa petani milenial merupakan tumpuan harapan pertanian Indonesia di masa mendatang. "Petani milenial saat ini banyak meraup hasil dan keuntungan yang melimpah dari hasil bertani, namun kuncinya mereka harus berani dan bisa mengunakan akses market internasional dan komunitas pertanian untuk memasarkan hasil pertanian di dalam negeri dan luar negeri”, tegas SYL.  

“Sebagaimana ditegaskan oleh Menteri Pertanian, kami menargetkan untuk mencetak 2,5 juta petani milenial hingga tahun 2024. Ada beberapa strategi yang kami terapkan untuk mencapai target tersebut," papar Dedi Nursyamsi, pada Webinar "Empower Youth4Food Campaign Launch yang serentak diluncurkan oleh beberapa negara yaitu dari Indonesia, Bangladesh, Filipina, Belanda, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Kamboja melalui media virtual. Butuh sosok-sosok petani muda yang semakin banyak agar dapat melanjutkan estafet pembangunan pertanian di Indonesia ke depan. Selain itu, melalui komunitas semacam ini bukan tidak mungkin dapat menjadi cikal bakal berkembangnya pertanian dan memotivasi petani milenial untuk berkiprah di dunia pertanian. SY/NING/YNI