Petani Muda Sampang Berhasil Kembangkan Bisnis Labu Madu

udin abay | Minggu, 23 Mei 2021 , 22:32:00 WIB

Swadayaonline.com - Pulau Madura dulu dikenal dengan makanan pokoknya yakni jagung. Tetapi sekarang telah mengalami pergeseran. Berbagai komoditas telah mampu dikembangkan oleh masyarakat setempat salah satunya adalah labu madu.

Syamsul Arifin, petani muda yang awalnya tidak berminat terjun ke dunia pertanian, akhirnya jatuh cinta dengan bidang ini. Pria yang tinggal di Desa Banyusokah, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang ini sedang giat mengembangkan labu madu dan olahannya.

“Awalnya saya mengajukan proposal kegiatan keagamaan ke Camat setempat. Lalu Pak Camat bukannya memberikan bantuan anggaran atau menjadi sponsor, tapi Beliau malah memberikan penawaran program pertanian agar petani muda menjadi mandiri dalam mengembangkan kegiatan di masyarakat”,  ungkap Syamsul.

“Saya ditawari 300 bibit labu madu, tapi karena saya belum ada pengalaman bertani labu madu dan sempitnya lahan akhirnya saya hanya mampu menanam 120 bibit labu madu. Ternyata setelah 1,5 bulan, lahan labu madu saya dilirik oleh masyarakat sekitar dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas pemuda dan Olahraga dan lainnya. Mereka berkunjung ke lahan saya penasaran dengan apa yang saya tanam,”imbuh Syamsul.

Syamsul mempunyai pengalaman menarik ketika memperoleh kesempatan belajar di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan melalui program pelatihan yang  bekerjasama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Jawa Timur. Tiap hari ia selalu menggali informasi dari beberapa Widyaiswara terkait teknis budidaya dan pemasaran hasil pertanian. Dari situ ia semakin tertarik terhadap dunia pertanian.

Syamsul mempunyai cerita menarik, tatkala buahnya yang ditanam di lahan seluas 50 x 25 meter dirusak oleh angin kencang yang melanda wilayanya. Sehingga menyebabkan banyak tanamannnya robih dan panen tidak sesuai harapan.  Ia lalu berinisiatif, bagaimana cara menyelamatkan hasil panen menjadi produk lain yang memiliki nilai ekomonis.  Akhirnya tercetus pembuatan olahan dari labu madu dan membuat puding labu madu.

Puding yang memiliki branding “Wani Dalem” ini dihargai 5 ribu/cupnya. Kata “Wani” merupakan singkatan dari warisan tani dan “dalem” itu karena rumahnya merupakan bekas pondok. Dalam sebulan, Syamsul dan istrinya ini sanggup melayani pesanan sampai 2000 cup. Dengan mark up 30%, Ayah 2 anak ini sudah mampu memperoleh keuntungan 3 juta/bulan dari produk ini.

Saat ini Syamsul berupaya mengurus perijinan produk dari BPOM dan Halalnya agar produk ini dapat dipasarkan secara lebih luas. Ia juga membutuhkan dukungan dari pihak terkait agar produk ini lebih berkembang, contohnya dari Dinas Pertanian Kabupaten Sampang kemarin yang membantunya mempromosikan produk dengan menampilkan dan memasarkan produk melalui even “Pasar Margalela” yang di gelar Pemerintah Kabupaten Sampang selama 1 bulan.

“Harapan saya, usaha ini terus berkembang dan mampu melestarikan budaya bertani serta mendorong inovasi generasi muda lainnya agar mau terjun di dunia pertanian,” harap Syamsul.

Hal yang diungkapkan oleh Syamsul menjawab pernyataan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. “Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen,” tegas Dedi. SY/NING/YNI