Pemberdayaan Ibu-Ibu Pawacika Melalui Pengolahan Mawar Damaskus

udin abay | Senin, 31 Mei 2021 , 20:22:00 WIB

Swadayaonline.com - Berawal dari melimpahnya produksi bunga mawar di desanya, membuat Siti Aisyah dan ibu-ibu yang tergabung dalam Paguyupan Wanita Pecinta Karangpring (Pawacika) di Dusun Durjo, Desa Karangpring Kabupaten Jember, tergerak untuk mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Luas lahan tanaman mawar di Desa Karangpring mencapai lebih dari 20 hektar yang dikelola oleh kurang lebih 120 petani. Bunga mawar yang dibudidayakan adalah mawar varietas damaskus yang diketahui memiliki aroma paling wangi di antara jenis bunga mawar lainnya. Tak heran jika bunga mawar ini sering digunakan untuk bunga tabur bagi peziarah, sehingga mawar damaskus ini disebut juga sebagai mawar kuburan.

Setiap musim panen, produksi mawar bisa mencapai 2 ton bunga segar dalam sehari. Selama ini petani hanya mampu menjual dalam bentuk bunga segar yang dijual dalam kemasan sederhana kantung kresek yang berisi kurang lebih 1,5 kg kuntum mawar. Pada saat musim ziarah, seperti jimpingan atau ceng beng (tradisi ziarah kubur keturunan Tionghoa) dan bulan Ramadhan, harga bunga mawar per kantung mencapai 250 ribu. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya hanya dihargai Rp.10.000,- per kresek. Hal inilah yang melatarbelakangi Siti Aisyah selaku ketua Pawacika beserta anggotanya yang terdiri dari ibu-ibu PKK Desa, kader Posyandu Desa dan ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa Karangpring, berinisiatif mengolah bunga mawar menjadi produk olahan yang unik dan bernilai ekonomi tinggi seperti sirup mawar, selai mawar dan manisan jeli mawar.

Melihat semangat dan potensi dari pemberdayaan ibu-ibu Pawacika ini dalam menghasilkan produk-produk olahan lokal yang berkualitas,  pemerintah desa setempat memberikan dukungan penuh dengan cara membekali anggota Pawacika dengan pelatihan-pelatihan. Pelatihan diberikan dengan didampingi langsung oleh Penyuluh Pertanian dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember dan dibimbing langsung oleh pihak perguruan tinggi yang ada di  Jember, seperti Universitas Jember dan Politeknik Negeri Jember. Tidak hanya berupa pelatihan, pemerintah desa juga memfasilitasi Pawacika untuk dapat mengikutsertakan produk olahan mawarnya dalam berbagai acara pameran dan membantu dalam proses pengurusan ijin produksinya. Hal ini bertujuan memperkenalkan potensi khas dari Desa Karangpring sendiri sekaligus memperkenalkan produk olahan mawar kepada masyarakat luas. Desa Karangpring sendiri pernah meraih penghargaan sebagai Desa Inovatif di Tingkat Propinsi Jawa Timur dengan olahan mawar sebagai produk unggulannya.

Saat ini Pawacika sudah memproduksi aneka olahan bunga mawar seperti selai mawar, manisan jeli mawar, dan sirup mawar dalam kemasan botol 250 ml dan 500 ml yang di pasarkan secara online melalui media sosial seperti Instagram, Facebook dan Whatsapp. Dengan memanfaatkan teknologi digital ini, diharapkan mampu memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan dan hal ini dibuktikan dari pemesanan yang datang tidak hanya dari masyarakat Jember tetapi juga sudah merambah ke luar Jember seperti Bandung.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. “Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen,” tegas Dedi. SY/NND/YNI