Cetak Petani Milenial, Kementan Harap Pendidikan Vokasi Lahirkan Alumni Berkompeten

udin abay | Jum'at, 18 Juni 2021 , 14:25:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus bergerak mencetak petani milenial. Melalui pendidikan vokasi seperti Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), petani milenial dididik dan ditempa. Salah satunya seperti dilakukan Polbangtan Manokwari, Papua Barat yang terus mencetak petani milenial. Tiap tahun Polbangtan Manokwari menghasilkan alumni-alumni berkompeten di bidangnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, hingga 2024 Kementan akan mencetak 2,5 juta petani milenial. Ada dua strategi yang dibocorkan Mentan untuk menghasilkan ratusan juta petani muda ke depan dalam menghadapi perkembangan dunia pertanian yang semakin maju.

"Bagaimana strategi kami membuat 2,5 juta petani milenial? Pertama 2,5 juta itu kita berharap terdidik, setiap tahun kami juga memagangkan kurang lebih 1.000 orang ke beberapa negara," kata Mentan SYL.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, pendidikan vokasi yang digagas instansinya diharapkan dapat menghasilkan alumni-alumni berkompeten yang bisa menciptakan job creator dan job seeker.

"Kalian harus menjadi petani milenial yang bisa menciptakan lapangan kerja. Kalian harus menjadi pengusaha pertanian milenial," kata Dedi saat memotivasi ratusan mahasiswa Polbangtan Manokwari, Jumat (18/6/2021).

Saat ini, Dedi melanjutkan, jumlah petani Indonesia saat ini mencapai 38 juta orang. Sebanyak 70 persennya sudah berusia di atas 40 tahun. Tanpa adanya regenerasi, dalam sepuluh tahun mendatang sekitar 27 juta petani tidak akan bekerja lagi karena berusia lanjut. Regenerasi harus dilakukan saat ini juga. 

"Kami menarget mencetak 500 ribu per tahun petani milenial di Indonesia. Target didasarkan pada kondisi sekarang, di mana perkembangan di dunia pertanian semakin maju. Petani milenial itu harus berdaya saing dan profesional. Jadi bukan hanya jumlahnya, tapi juga kualitasnya," ucapnya.

Saat ini, menurut Dedi, pertanian Indonesia juga tengah bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern. Indikatornya adalah pemanfaatan inovasi teknologi dan alat mesin pertanian (alsintan) dalam sistem pertanian Indonesia.

"Pertanian kita sudah masuk ke era industri 4.0. Digitalisasi pertanian tak dapat lagi dihindarkan. Dan, yang bisa memanfaatkan peluang itu adalah petani milenial," ujar Dedi.

Satu hal yang ditekankan Dedi, mahasiswa calon petani milenial itu memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitias pertanian agar Indonesia bisa kembali swasembada pangan seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Saat ini, Dedi melanjutkan, produktivitas pertanian kita 5,1 ton per hektar. Jika ingin swasembada pangan kembali, maka dalam waktu 10 hingga 15 tahun ke depan produktivitas harus ditingkatkan menjadi 10,2 ton per hektar.

Ia pun memaparkan bagaimana caranya agar kembali swasembada pangan. Salah satunya dengan menggencarkan bimbingan massal untuk penyuluh di seluruh Tanah Air.

"Penyuluh diperbanyak untuk membimbing petani. Dua program penting yang digalakkan adalah bimbingan massal dan intensifikasi massal. Mengelola sawah secara intensif melalui Panca Usaha Tani. Saat ini hal itu menjadi tanggung jawab kalian, petani milenial," tutur Dedi.

Sementara Direktur Polbangtan Manokwari, Purwanta menuturkan, lembaga pendidikannya memiliki 426 mahasiswa yang sebagian besar berasal dari Indonesia Timur dengan tenaga dosen dan pengajar sebanyak 18 orang.

"Sejauh ini kurikulum kami memang sedapat mungkin agar para alumni langsung aplikatif, berdaya saing dan profesional di bidangnya," tutur Purwanta. SY/CHA