Widyaiswara Kementan Lakukan Pengamatan Galur Kedelai Lokal Asal Cipongkor

udin abay | Selasa, 22 Juni 2021 , 17:32:00 WIB

Swadayaonline.com - Seorang widyaiswara memiliki tugas pokok dan fungsi mendidik, mengajar, dan melatih SDM pertanian baik aparatur maupun non aparatur di lembaga pelatihan. Berkaitan dengan tugas pokok tersebut, Widyaiswara mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan, pengembangan dan pelaksanaan diklat, pengembangan profesi dan kegiatan penunjang.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah Kajiwidya. Kajiwidya yang berujung pada penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) mendorong Widyaiswara untuk membiasakan diri dan menambah pengalaman dalam melakukan pengkajian berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah akademis yang hasilnya dituangkan dalam bentuk KTI.

Selain itu, kegiatan kajiwidya ini sekaligus bermanfaat bagi Widyaiswara dalam mencoba, mengalami, mengolah, menganalisis, menyimpulkan dan mengaplikasikan materi belajar yang akan dilatihkan kepada peserta pelatihan serta mengembangkan spesialisasi dan kompetensi yang diampunya. Ini sebagai salah satu penilaian dari pengembangan profesi kewidyaiswaraan dalam rangka mencetak Widyaiswara yang handal, kreatif, inovatif dan berwawasan global.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan, “Untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern diperlukan SDM pertanian yang modern dengan menggunakan riset, sain, dan teknologi,” jelas SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa salah satu pengungkit produktivitas pertanian adalah kualitas SDM pertanian.

“Untuk menghasilkan SDM Pertanian yang profesional, kompeten, dan berjiwa enterpreneur tentu membutuhkan peran Widyaiswara yang memiliki produktivitas tinggi, selalu update dan upgrade terhadap pertanian,” jelas Dedi.

“Widyaiswara memiliki peran sebagai jembatan inovasi perkembangan pengetahuan dan riset kepada eksekutor pertanian yang meliputi para petani, tenaga teknis, dan stakeholder pertanian,” ungkapnya lagi.

Salah satu Widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Riyadi Pratiwa, Widyaiswara Muda Spesialisasi Budidaya Pertanian melakukan kegiatan pengamatan tanaman kedelai galur lokal asal Cipongkor sebagai bagian dari kegiatan kajiwidya. Lokasi pengamatan di atas lahan praktik BBPP Lembang seluas 180 meter persegi dan jumlah tanaman kedelai 2.226 tanaman.

“Tujuan saya melakukan pengamatan ini adalah untuk mengetahui apakah galur kedelai lokal asal Cipongkor ini layak untuk diperbanyak karena pertama kali saya melakukan pengamatan(oktober 2019), hasilnya rata-rata ubinan produksinya 4,5 ton/hektar,” jelas Riyadi.

“Lebih jauh dengan penangkaran ini maka harapan saya bisa menjaga mutu genetiknya dan kami sebagai pegawai Kementerian Pertanian merasa terpanggil untuk bisa melakukan pengamatan dalam rangka mencari solusi permasalahan dalam ketersediaan kedelai lokal di Indonesia,” jelasnya.

Pertama-tama, dilakukan seleksi galur lokal asal Cipongkor yang akan ditanam. Selanjutnya dilakukan proses pemeliharaan selama kurang lebih 90 hari. Pada umur tanaman 21 hari, dilakukan pengamatan (roguing) pada fase berbunga, dengan melakukan pengamatan warna bunga dan warna bulu pada batang tanaman kedelai.

Bulu putih dan bunga putih yang dipertahankan untuk dibudidayakan. Bila ada di luar warna tersebut maka dilakukan stemping out (tanaman dibuang) atau disebut seleksi eradikasi. Dilakukan pula pengamatan terhadap adanya hama mizus apid tungau (kutu daun) yang melekat di daun tanaman kedelai bagian belakang dan batang.

Cara mengendalikannya dengan membiarkan tumbuhnya musuh alami hama tersebut. Selama proses pemeliharaan tanaman, dilakukan pemupukan NPK dengan cara menaburkan lalu menutup dengan tanah. “Tipe tumbuh tanaman adalah semi determinit dengan tipe daun oval melancip,” jelas Riyadi.

Panen dilakukan ketika tanaman berumur 98 hari setelah tanam (98 HST), dan pengeringan dilakukan selama 1 minggu hingga kadar air 12%. Setelah itu dilakukan pemipilan, pemisahan biji kedelai dari polong dan dilakukan penimbangan, dan hasil yang diperoleh dari 180 m² sebanyak 29,76 kg bentuk beras kedelai. Dilakukan seleksi, biji kedelai yang besar akan ditanam kembali untuk kegiatan pengamatan berikutnya.

“Semoga dengan dilakukan terus-menerus proses seleksi benih kedelai ini maka produktivitas ditingkat petani dapat tercapai dan dapat mengurangi impor kedelai dari luar negeri,” ungkap Riyadi.

Biji kedelai yang kecil akan dilakukan proses pengolahan menjadi olahan kedelai. “Selanjutnya saya akan bekerjasama dengan Widyaiswara Spesialisasi Pengolahan Hasil untuk mengolah biji kedelai tersebut di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian BBPP Lembang menjadi tempe dan tahu,” jelas Riyadi, Senin (21/06/2021). SY/YKO/CHE