Ekspor Kopi Semakin Bertumbuh

udin abay | Sabtu, 10 Juli 2021 , 14:11:00 WIB

Swadayaonline.com - Produksi kopi Indonesia tahun 2020 angka sementara 753.491 ton dari luas areal 1.242. 748 ha dengan produktivitas 806 kg/ha. Tahun 2019 angka tetap produksi 752.511 ton dengan luas areal 1.245.358 ha dan produktivitas 803 kg/ha. Dedi Junaedi, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan menyatakan hal ini.

Produksi kopi Indonesia 72% robusta, 27% arabika dan 1% liberika. Volume ekspor tahun 2020 mencapai 379.354 ton dengan nilai USD821.937.000 sedang impor volume 15.693 ton nilai USD36.365.545.

Selama 13 tahun terakhir (2008-2020) volume ekspor mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan rata-rata 4,5%/tahun sedang laju pertumbuhan 10 tahun terakhir 2,01%. Rata-rata laju volume impor kopi 44,35% . Laju pertumbuhan nilai ekspor kopi selama 2008-2020 turun 0,03% dibanding nilai impor kopi meningkat 33,87%.

Laju pertumbuhan konsumsi kopi dunia tahun 2014-2020 adalah 1,91% sedang laju pertumbuhan produksi kopi dunia 2,9%. Produsen utama kopi dunia tahun 2020 adalah Brazil 4.140.000 ton atau 39% dari total produksi kopi dunia, Vietnam 1.740.000 ton(17%), Kolombia 858.000 ton (8%), Indonesia 744.000 ton (7%), Ethiopia 442.500 ton (4%), Honduras 366.000 ton (4%), India 342.000 ton (3%), Uganda 337.000 ton (3%), Meksiko 240.000 ton (2%), Peru 228.000 ton (2%).

Konsumsi kopi dunia paling besar adalah Uni Eropa 2.415.060 atau 24% dari total konsumi kopi dunia, Amerika Serikat 1.618.920 (16%), Brazil 1.344.000 (14%), Jepang 443.160 ton (5%), Indonesia 300.000 ton (3%), Rusia 280.680 ton (3%), Kanada 240.660 ton (2%) dan Ethiopia 227.800 ton (2%). Sedang konsumsi kopi di negara-negara eksportir adalah Brazil 1.344.000 ton atau 52% total konsumsi negara-negara eksportir, Indonesia 300.000 ton (11%), Ethiopia 227.880 ton (9%), Filipina 198.720 ton (8%), Vietnam 162.000 ton (6%), Meksiko 145.200 ton (6%), Kolombia 122.700 ton (5%), India 89.100 ton (3%).

Tantangan pengembangan kopi adalah adanya black campaign meliputi isu-isu lingkungan, sustainability, HAM, kesehatan, persaingan komoditas, tuntutan mutu dan labeliing. Alat mesin masih terbatas upaya mengatasinya adalah n fasilitasi alat pasca panen dan pengolahan untuk nilai tambah; pembangunan infrastruktur dan penerapan Good Handling Practise.

Kelembagaan dan SDM masih lemah diatasi dengan peningkatan kapabilitas dan dan kapasitas petani lewat bimbingan teknis dan pelatihan. Kondisi pertanaman banyak tanaman tua/rusak, produktivitas rendah upaya mengatasi dengan penggunaan benih unggul dan GAP.

Masalah pembiayaan adalah terbatasnya akses pembiayaan dan regulasi pembiayaan yang belum mendukung. Akses pasar dan promosi masalahnya adalah hambatan tarif dan non tarif. Upaya mengatasinya dengan promosi, standarisasi mutu produk/branding, rantai pasok/pemasaran, distribusi dan logistik. Humas Ditjenbun