Sumenep Sentra Baru Kedelai Nasional

udin abay | Rabu, 14 Maret 2018 , 13:43:00 WIB

Swadayaonline.com - Grobogan Jawa Tengah terkenal dengan sebutan Rumah Kedelai dan simbol wilayah komoditas kedelai sebagai primadona Indonesia, maka tidak lama lagi akan muncul saingan serupa di Jawa Timur yaitu Sumenep Madura. Seluas lebih dari 100.000 ha lahan siap dialokasikan untuk berbudidaya kedelai lokal dengan bimbingan terpadu dari penyuluh, mahasiswa dan masyarakat peduli kedelai melalui berbagai program seperti diklat teknis tematik, bimbingan teknis, program pemberdayaan dan bantuan pemerintah dengan pola pendampingan efektif serta insentif yang menggiurkan. Berbagai bantuan telah mendahului target penanaman seluas lebih dari 100.000 ha kedelai dengan berbagai alat dan mesin pertanian seperti traktor roda 2 dan roda, serta lainnya telah melengkapi persiapan untuk menyukseskan berbagai program pemerintah di masa depan.

Produktivitas tertinggi kedelai di Grobogan 3,2 ton/ ha dengan kadar air 16% dan dipanen pada musim hujan pertama di bulan Desember-Januari (penanaman pada bulan Oktober). Sementara di Kabupaten Sumenep produktivitasnya mencapai lebih dari 2 ton/ha sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Pemegang peranan penting dalam sukses budidaya tak lepas dari sumber daya manusia yang mengelolanya (pelaku/ produsen kedelai). Kemampuan mengadopsi ilmu teknis, ekonomi, iklim dan pasar menjadi keterpaduan yang dibutuhkan agar petani memiliki wawasan yang luas dan komprehensif dalam berbisnis kedelai.

Banyak peristiwa di mana produksi dan produktivitasnya digenjot tetapi pasar tidak disiapkan, maka kebuntungan (kerugian) yang akan dialami petani. Begitu pula faham ilmu berbudidaya tetapi mengabaikan iklim, maka penyakit/ hama, kerusakan atau bahkan gagal panen dapat menghampiri. Di satu peristiwa lainnya, karena kebijakan untuk memproduksi kedelai tetapi hitungan secara ekonomis tidak dikuasai, maka uang untuk berusaha tani tidak berkembang. Di sinilah peran peningkatan kompetensi pelaku usaha menjadi kunci sukses atau gagalnya suatu usaha.

Di sisi lainnya, perluasan tanam kedelai yang spektakuler seperti di Kabupaten Sumenep tahun ini pasti membutuhkan benih berkualitas yang tidak sedikit, kalau 1 Ha membutuhkan sekitar 60 Kg maka 100.000 Ha harus disediakan benih standar sebanyak 6 ton. Selain ditetapkan varietas yang cocok dengan iklim di Kabupaten Sumenep harus pula dicari yang tingkat adaptasi dan produktivitasnya tinggi serta tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Pengadopsian tehnologi spesifik lokasi juga perlu dipertimbangkan dengan kemampuan dasar calon produsen di Kabupaten tersebut.

Menjembatani niat dan peluang terbaik yang telah direspon oleh pemerintah daerah (Kabupaten Sumenep) maka Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan turut mendorong percepatan transfer tehnologi terapan ilmu budidaya kedelai dengan menyediakan fasilitasi berupa diklat teknis tematik kedelai sebanyak 5 angkatan (150 orang calon peserta). Rencananya diklat akan dilaksanakan secara serempak tanggal 28 Maret 2018 sampai 1 April 2018 di Kabupaten Sumenep dengan menghadirkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP). Calon peserta diklat diutamakan para petani penerima manfaat dari program Perluasan Areal Tanam Baru (PATB), sehingga proses pemberdayaannya pasti akan berjalan lebih rinci dan padat. Sebagai konsekuensi logis program/ kegiatan tersebut, pendampingan secara terpadu akan dilakukan baik dari BBPP Ketindan, mahasiswa maupun penyuluh dan petani profesional yang telah lebih dulu menggeluti usaha di bidang perkedelaian. SY/YNI