Gunakan Rubuha, Petani Sumedang Capai IP300

udin abay | Sabtu, 25 September 2021 , 18:06:00 WIB

Swadayaonline.com - Tikus sawah merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian. Tikus juga menjadi momok bagi petani, khususnya pada komoditas padi. Gerakan pengendalian hama tikus dilakukan kelompok tani di berbagai daerah dengan metode pengendalian yang beragam. Angga Azhar, Petugas (POPT) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Kabupaten Sumedang, mengatakan pengendalian OPT tanaman padi dilakukan dengan membangun Rumah Burung Hantu (Rubuha) sejak tahun 2014.

Menurut Angga, sebelum menggunakan rubuha dalam pengendalian OPT terjadi serangan hama tikus seluas 230 hektar dari total luas lahan sawah 2690 hektar. "Dengan rubuha, setiap tahun serangan tikus semakin sedikit, dan sampai sekarang hampir semua bisa ditanggulangi selain dengan penanggulangan secara manual dan pemasangan pagar plastik dengan perangkap. Burung hantu untuk penanggulangan tikus ini jenis tyto alba yang makanannya daging. Jadi burung jenis ini sangat cocok untuk pemangsa tikus", tambahnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi bahwa burung hantu memiliki insting memburu yang biasa. Burung hantu bisa mendeteksi keberadaan tikus dalam radius 500 meter. “Cara seperti ini yang harus dikembangkan. Memang rubuha yang dibangun ini sifatnya menjadi tempat singgah. Tapi jika burung hantu bisa bersarang disitu, maka hasilnya akan menjadi lebih luar biasa lagi,” katanya.

Sulaeman, petani Desa Ujungjaya menceritakan manfaat rubuha sangat bagus sekali buat petani untuk menjaga tanaman padinya. "Selain mampu membasmi tikus, melalui teriakan suaranya juga mampu mengusir tikus. Jadi selain ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan Index Pertanaman(IP), yang awalnya hanya IP 200, sekarang menjadi IP 300 ditambah pengairan yang baik", ujarnya.

Dirinya menambahkan, tikus mampu melalui nalurinya mampu mengetahui dimana ada tanaman padi. "Dia bisa mencium sampai jarak 2KM, sehingga bisa bermigrasi dari wilayah yang tidak melakukan penanaman ke wilayah yang melakukan penanaman untuk melakukan perusakan. Saya berharap, para petani jangan berlama-lama membiarkan lahannya tidak ditanami karena akan menjadi sarang tikus, dan akan menyerang petani yang sudah melakukan penanaman. Jadi bisa merugikan yang lain", kata Sulaeman.

Menurut Sulaeman, tikus biasanya keluar untuk melakukan menyerang tanaman pada jam 6-10 malam. Pengendalian tikus melalui burung hantu hasilnya tidak maksimal, karena banyaknya burung dengan tikus tidak seimbang. Melalui pengendalian secara manual saja, sehari petani bisa mendapatkan sampai 100 tikus lebih. Tetapi paling tidak pengendalian melalui burung hantu bisa mengurangi resiko kegagalan panen yang lebih besar.

Edi Puspito, Pranata Humas Ahlimadya, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Itjen Kementan) mengatakan, pengendalian OPT pada tanaman sawah bisa juga dilakukan dalam prospektif budaya salahsatunya melalui rubuha. "Oleh karena itu, lakukan penanaman secara baik. Karena kalau dibiarkan tanpa ditanami dalam waktu lama, akan menjadi musibah. Akan menjadi sarang tikus, dan akan menyerang tanaman petani lain", tegasnya.

Pertanian di Kabupaten Sumedang, merupakan salahsatu wilayah yang terkena proyek Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP). Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani. IPDMIP atau proyek pengembangan dan pengelolaan irigasi terpadu secara partisipatif saat ini sedang digiatkan di Jawa Barat melalui Kementerian Pertanian. SY/CHA