Smart Digital Farming Tingkatkan Produksi dan Kualitas Hasil Pertanian

udin abay | Jum'at, 22 Oktober 2021 , 17:47:00 WIB

Swadayaonline.com - Mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih, mengatakan tantangan ketahanan pangan menjadi semakin sulit mengingat lahan produktif pertanian semakin terbatas serta iklim yang semakin sulit diprediksi sebagai akibat dari pemanasan global.

"Dunia butuh memproduksi 70 persen lebih banyak makanan pada 2050 untuk memberi makan lebih dari 9 miliar orang. Saat ini negara-negara mulai berlomba-lomba untuk menerapkan cara paling efektif dan efisien untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan sistem dan informasi teknologi, semua aktivitas pertanian dapat dilakukan secara otomatis dan dikendalikan dari jarak jauh. Dengan begitu, petani dapat menghemat air, energi dan sumer daya lainnya," kata Bungaran dalam Webinar Suara Agrina yang bertajuk "Solusi Digitalisasi untuk Meningkatkan Profit dan Efisiensi" di Jakarta, Kamis (21/10/2021).

Bungaran menambahkan, ketika petani harus memantau ke kebun dengan berjalan, berapa waktu dan energi yang habis terbuang. Tetapi ketika petani miliki akses ke alat digital misalnya seperti drone, mereka dapat dengan mudah melihat dan mendiagnosa ancaman tanaman dari jarak jauh.

Karena itu Bungaran menekankan, peran smart farming (bertani cerdas) menjadi sangat penting dalam membangun agribisnis nasional. Bukan hanya di hulu tetapi juga di hilir.

"Jadi, smart farming harus perlu menjadi smart system dan smart agribusiness secara keseluruhan. Tidak bisa ada smart farming kalau lingkungannya (layannnya) tidak smart juga. Layannnaya seperti pupuk, irigasi, obat-obatan, itu harus smart juga," ujarnya.

Namun Bungaran mengingatakan, inovasi ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan satu hal yang tidak bisa dihindari. Teknologi canggih hanyalah alat, bukan tujuan.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan, dalam periode 2021-2024, Ditjen Hortikultura melakukan pengembangan Kampung Hortikultura, yaitu kampung buah, sayuran, tanaman obat, dan florikultura berbasis digitalisasi.

Program digitalisasi ini menjadi strategi utama berbasis Internet of Thing (IoT), selain target pembangunan 1.000 kampung hortikulutra dan penumbuhan lebih 500 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Dengan digitalisasi, 1.000 kampung mampu Kementan registrasi. Data informasi terkait foto, lokasi perkebunan, waktu panen buah dapat terekam di database dan gilirannya dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas yang ingin mencari jenis dan hasil buah yang tengah panen.

Sementara untuk penumbuhan UMKM hortikulutra,sambung Retno, Kementan bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Strategi program ditujukan kepada berbasis korporasi petani sehingga memiliki skala usaha yang kompetitif dan berdaya saing. Penerapan digitalisasi dilakukan dari kegiatan budidaya pertanian sehingga sesusai prinsip Good Agriculture Pracitises (GAP).

"Dari hulu seperti pemilihan bibit melalui kultur jaringan. Kita sudah bisa memilih benih yang benar-benar unggul hortikultura dan tanaman spesifik yang dapat dikembangkan di green house,sehingga tanpa harus khawatir perubahan dan gangguan cuaca," terangnya.

Penerapan smart/presicion farming yang didukung sistem informasi hortikultura (Early Warning System) juga mampu memandu rekomendasi dosis nutrisi dan pengendalian ekologi dan ramah lingkungan. Fase paska panen (good handling practice) hingga peluang produk turunan juga dimungkinan karena dukungan IoT.

Adapun aspek promosi, melibatkan pasar tani dan market place dan horti trade room, Indonesian Map of Fruit Center dan pengembangan dan pemasaran produk dengan melibatkan di market place dan start up. Satu data produksi komoditas hortikulutra dari satu tingkat kecamatan mencakup luas tanam dan produksi komoditas hortikultura sudah bekerja sama dengan BPS.

Co founder INTA crop Technology Spain, Antonio Marheunda menuturkan sebagai perusahaan yang menyediakan sistem instalasi teknologi mitigasi irigasi berbasis IoT untuk greenhouse yang sudah diadopsi di 30 negara. Dukungan teknologi ini bertujuan guna memaksimalkan nilai ekonomi melalui efisiensi air, pupuk dan lingkungan.

Selain pengaturan pengairan , instlasi ini juga mengirimkan sensor pemberian nutrisi esensial baik mako element dan micro elemen. Terkait pengaturan pemupukan dilakukan langsung pada akar tanaman yang merupakan kombinasi prosesor fertilasi soluasi dan pH kontrol yang membuat maksimalisasi serapan bagi tanaman.

Kepala UPTD Balai Benih Tanaman Kentang Juju Rukman mengatakan pihaknya telah memggimalam IoT guna perbanyakan benih dasar G.0 dengan sistem penyiraman otomatis. Sistem IoT terdiri dari dua komponen utama, identifikasi kualitas tanah dan sistem penyiraman air.

"Ini dapat efektif dan efisiensi dalam mengontrol kebutuhan air, kelembapan tanah, ekonomisnya tenaga kerja sehingga alat yang bekerja," katanya. SY