Melalui Komoditas High Value Crop, Kementan Genjot Kesejahteraan KWT di Sulsel

udin abay | Sabtu, 23 Oktober 2021 , 22:10:00 WIB

Swadayaonline.com - Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, Kementerian Pertanian terus melakukan pembinaan dan pendampingan pada kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelompok wanita tani (KWT).

Mendukung hal itu, Kementan juga memaksimalkan melalui Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Selain itu, Program SIMURP juga telah mengembangkan komoditas tanaman bernilai ekonomis tinggi atau High Value Crop (HVC) ramah lingkungan selain padi. Hal ini makin membuktikan jika pertanian makin pintar dan canggih.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, selalu mengibaratkan jika pertanian itu ibarat emas seratus karat dan merpati putih yang tidak pernah ingkar janji.

Karena, pertanian benar-benar menjanjikan penghasilan besar dan pertanian adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dalam mewujudkan ketahanan pangan keberadaan para petani menjadi sangat vital.

”Dengan menggunakan teknologi-teknologi yang direkomendasikan melalui pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan oleh Kementan, maka hal ini harus bisa membuat petani menjadi unggul, profesional dan punya daya saing," tegas Mentan SYL.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Menurutnya, saat ini pertanian harus berorientasi bisnis atau keuntungan.

"Tujuannya untuk memberikan kesejahteraan kepada petani, termasuk wanita taninya agar mampu mengelola hasil pertaniannya agar dapat meningkatkan kesejahteraannya," katanya.

Selain itu menurutnya, kegiatan pemberdayaan KWT yang sudah dilaksanakan, selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, juga untuk meningkatkan pelayanan kepada petani khususnya anggota KWT agar usaha taninya yang berbasis off farm (hilir) berkembang.

Hal ini langsung ditindaklanjuti Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan melaksanakan Workshop Komoditas HVC, pada 18 – 19 Oktober 202 di Makassar.

Workshop diikuti 90 peserta, terdiri dari Koordinator BPP, Penyuluh Pendamping, Pemuda Tani, Pengurus KWT, Pengurus KEP, dan Pengusaha Lokal lokasi SIMURP.

Plt. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Firda, mengatakan pengembangan komoditas high value crop atau komoditas bernilai tinggi di Sulawesi Selatan masif dilakukan contohnya komoditi Jagung.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus aktif mendorong pengembangan produksi dan produktivitas jagung. Diantaranya dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung, terutama di sektor perbenihan.

”Saat ini Sulsel berupaya menjadi pusat perbenihan jagung secara mandiri. Jika upaya ini terealisasi, maka Sulsel dapat menjadi penyuplai benih jagung khususnya di Kawasan Indonesia Timur,” ujarnya.

Sementara Narasumber, Wakil Direktur Polbangtan Bogor, Yoyon Haryanto, menyampaikan bahwa membangun kelembagaan ekonomi petani dapat dimulai dengan membangun jejaring kemitraan lokal pada tahun pertama, kemudian bridging usaha dengan penumbuhan lembaga usaha melalui inisiasi BPP pada tahun kedua.

Berikutnya dilakukan pengembangan usaha dan add value dengan mengelola usaha secara bersama. Pada tahun keempat atau langkah berikutnya yakni membangun komitmen kemitraan dengan mitra lokal, petani dan off taker secara luas dalam memperbesar usaha petani.

Titik lemah ada pada langkah terakhir ini, karena didalamnya terdapat banyak konflik kepentingan.

“Disinilah peran penyuluh sebagai mentor untuk dapat mengurangi konflik kepentingan tersebut,” jelasnya.

Yoyon juga yang menginisiasi model Kelembagaan Ekonomi Petani atau yang disingkat KEP.

Narasumber lainnya Hariadi, Penyuluh Pertanian sekaligus Koordinator BPP Gandang Batu Sillanan Kabupaten Tana Toraja berbagi pengalaman saat menumbuhkan KEP di wilayah binaannya. Komoditi yang dijual adalah kopi yang merupakan komoditi unggulan Tana Toraja.

Hariadi memberikan semangat agar penyuluh dalam bekerja mesti sabar dan tabah membangun kelembagaan ekonomi petani yang basis awalnya adalah kelom poktani dan KWT. Membuka diri dan bekerjasama dengan semua instansi atau mitra yang ingin meningkatkan potensi ekonomi hasil pertanian, tinggal menyesuaikan sektor apa yang ingin dikembangkan.

”Bagi kita penyuluh yang dibangun dalam kerja-kerja ikhlas ini adalah personal branding, jika kita sudah dikenal maka tawaran maupun uang akan datang dengan sendirinya,” katanya.

Workshop juga menghadirkan para pelaku e-commerce yang telah menjadi mitra Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulsel dalam memasarkan langsung produk pertanian dari petani secara online melalui platform e-commerce diantaranya Gojek, Pastani dan Keranjang Belanja.

Para pelaku e-commerce berharap petani milenial dan KWT dapat memanfaatkan marketplace yang ada untuk memasarkan langsung produk pertanian dan olahannya, karena tingginya potensi pasar yang tersedia dan lebih luas jangkauannya.

Workshop diakhiri dengan pemaparan materi dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulsel, yang menekankan pentingnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam diri dan koperasi sebagai salah satu wadah untuk berusaha. Di era disrupsi sekarang, banyak inovasi-inovasi yang berkembang dan akan menghancurkan sistem lama, maka kita harus siap untuk menghadapi perubahan dunia yang terus terjadi seperti mengikuti tren penjualan produk secara online. SY/DA/WS/NF