Petani Purwakarta Tak Menyangka Produksinya Meningkat Dengan BPRL

udin abay | Selasa, 09 November 2021 , 17:45:00 WIB

Swadayaonline.com - Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Oleh karena itu, dalam rangka menyediakan benih padi berkualitas dan unggul, Balitbangtan bersama Komisi IV DPR RI melakukan serangkaian kegiatan pengembangan benih unggul dengan mengaplikasikan teknologi Balitbangtan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Puncak kegiatan tersebut yakni Temu Lapang dan Panen Perdana Padi Inpari 33 di Desa Gandosoli, Kecamatan Plered bersama Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, Senin (08/11/2021). Di Wilayah itu, Balitbangtan melalui BPTP Jawa Barat menerapkan Teknologi Budidaya Padi ramah Lingkungan (BPRL).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo selalu menekankan pentingnya pertanian berwawasan lingkungan. Yakni sistem pertanian yang memperhatikan aspek ekologi dan sosial ekonomi untuk menjamin produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan bagi kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup petani. Hal ini perlu didukung dengan teknologi yang ramah lingkungan.

Selain mengapresiasi keberhasilan peningkatan produktivitas, Dedi Mulyadi juga menyampaikan pentingnya peran petani dalam penyediaan pangan masyarakat. “Dalam bertani ada ekosistem yang hidup (dan) saling menghidupkan, artinya dimana ada rantai makanan yang saling membutuhkan, kita harus menjaganya jangan sampai hilang,” ungkap Dedi.

Terkait teknologi yang diterapkan, secara terpisah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry menyatakan bahwa berbagai riset telah dan akan terus dilakukan dalam mendukung ketersediaan benih unggul sebagai bagian untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern. “Peran serta BPTP di setiap wilayah menjadi penting untuk menentukan teknologi spesifik lokasi pada lahan yang akan dikembangkan.” jelasnya.

Pemilihan Teknologi BPRL di Purwakarta dilakukan sebagai langkah solutif BPTP Jabar terhadap berbagai ancaman kondisi lahan seperti kerusakan tanah akibat tingginya penggunaan bahan kimia, serangan penyakit dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perbenihan.

Seperti namanya, teknologi BPRL ini memprioritaskan komponen bahan-bahan alami yang tentu lebih aman bagi lingkungan. Komponen teknologi tersebut diantaranya Varietas Unggul Baru, Pupuk Hayati, Pestisida Nabati, dan Penggunaan Pupuk anorganik sesuai rekomendasi.

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Fery Fahruddin Munir menjabarkan bahwa Teknologi Budidaya Padi Ramah Lingkungan pada panen perdana ini baik digunakan untuk menekankan efisiensi pupuk anorganik.

Menurutnya kerap kali petani menerapkan metode pemupukan yang salah, gambaran semakin banyak pupuk anorganik semakin baik adalah hal keliru. “Selain sayang karena banyak pupuk terbuang artinya banyak modal yang sia-sia, hal ini juga mengancam mikroba yang ada dilingkungan. Maka penggunaan BPRL ini dapat menjadi hal yang baik.” Lanjut Fery.

Sementara, Ajid Hidayat, Ketua Poktan Tani Makmur menyampaikan bahwa dengan penerapan BPRL. pertumbuhan padinya kini jauh lebih bagus, “akar-akarnya lebih panjang, serangan hama bisa di kendalikan, dan produktivitasnya kalau dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya ada peningkatan, alhamdulillah, gak nyangka.” ucapnya.

Kepala BPTP Jabar, Yiyi Sulaeman menjelaskan rata-rata produksi di wilayah tersebut kini mencapai 8,60 ton/ha GKP, sementara musim panen yang sama pada tahun sebelumnya petani hanya mendapat 7 ton/ha GKP. Maka dengan peningkatan hasil panen ini, ia pun berharap petani dapat lebih sejahtera serta kelak Poktan Tani Makmur dapat menjadi penangkar benih unggul padi Inpari 33. SY/HMSL