Ekonomi Mulai Pulih, Permintaan Karet Meningkat

udin abay | Senin, 22 November 2021 , 11:06:00 WIB

Swadayaonline.com - Harga karet akhir-akhir ini menunjukan trend kenaikan. Data GAPKINDO menunjukkan sampai 19 Oktober harga SIR 20 USD 184 cent/kg naik dibanding tanggal 1 Oktober USD172 cent/kg,

Penyebabnya, menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjenbun, Dedi Junaedi karena terjadi pemulihan ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor utama karet sehingga permintaan meningkat. Vietnam sebagai salah satu produsen karet terbesar sempat lock down, konsumen kuatir pasokan akan kurang sehingga mereka berusaha melakukan pembelian lebih besar.  

Pemicu lainnya adalah naiknya harga minyak bumi. Indonesia saat ini sedang memasuki periode La Nina sehingga produksi karet berkurang dan diperkirakan harga akan naik lagi. Apalagi pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor terus berlanjut.

Luas areal karet Indonesia sendiri semakin meningkat tahun 2016 3,639 juta ha, 2017 3,659 juta ha, 2018 3,671 juta ha, 2019 3,676 juta ha dan 2020 (angka sementara) 3,681 juta ha. Sedang produksi turun, tahun 2016 3,358 juta ton, 2017 3,68 juta ton, 2018 3,63 juta ton, 2019 3,301 juta ton, tahun 2020 2,885 juta ton. Produktivitas juga turun tahun 2016 1.104 kg/ha, 2017 1.250 kg/ha, 2018 1,161 kg/ha, 2019 1.025 kg/ha, 2020 1.018 kg/ha. Kontribusi volume ekspor karet dari total volume ekspor perkebunan tahun 2020 adalah 6%. Sedang dari sisi nilai 12%.

Widyantoko Sumarlin, Direktur Sustainable Natural Rubber Indonesia (SNARPI) menyatakan tahun 2020 permintaan karet dunia menurun, terutama setengah tahun pertama terjadi penurunan drastis. Tahun 2019 produksi karet alam 13,8 juta ton sedang konsumsi 13,9 juta ton sedang tahun 2020 produksi 13,6 juta ton konsumsi 12,9 juta ton.

Dunia dihadapkan pada kondisi kelebihan karet dibandingkan permintaan, harga karet alam tertekan. Waktu itu sampai karet petani tidak dibeli pabrik. Bersamaan waktunya juga ada serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sehingga produksi menurun. Petani beralih mencari pendapatan lain dan tidak lagi menyadap karet.

Menjelang akhir tahun 2020 industri ban mulai pulih. Permintaan karet dunia mendadak naik tetapi pasokan karet dunia menurun. Hal ini menyebabkan harga karet dunia melonjak naik. Tahun 2021 diperkirakan produksi karet dunia 13,8 juta ton sedang konsumsi 14,1 juta ton.

Karet alam di Indonesia juga mengikuti dinamika yang terjadi di dunia. Karena ada time lag dalam reaksi di tingkat kebun rakyat maka saat ini kekurangan bahan baku ditengah permintaan yang naik. Tahun 2019 ekspor Januari-Juni 1,29 juta ton, Juli-Desember 1,29 juta ton total 2,58 juta ton; tahun 2020 Januari-Juni 1,13 juta ton, Juli-Desember 1,33 juta ton, total 2,45 juta ton; 2021 Januari-Juni 1,25 juta ton.

Saat ini dunia sedang menghadapi masalah logistik perkapalan sehingga terjadi penundaan pengiriman sampai beberapa minggu. Kapal di Amerika Serikat untuk masuk pelabuhan saja harus menunggu 2 minggu.  

Dalam situasi seperti ini karena kebutuhan bahan baku mendesak ada pabrik ban minta pengiriman karet lewat udara, sebab kalau menggunakan kapal laut akan menunggu lama sekali. Meskipun biaya pengiriman lewat udara tinggi sekali tetapi hal ini harus dilakukan supaya pabrik bisa berproduksi.

Pada masa lalu supaya tidak ada biaya penyimpanan, pabrik ban biasanya menyesuaikan produksi dengan datangnya karet. Begitu karet datang langsung digunakan sehingga tidak ada biaya penyimpanan. Untuk mengamankan bahan baku, saat ini mereka harus punya persediaan di gudang sehingga permintaan karet semakin tinggi. Humas Ditjenbun