Swadayaonline.com - Pemerintah terus berupaya untuk mengubah pemikiran petani tradisional menjadi modern. Salah satunya mengembangkan teknologi produksi dan distribusi kepada para petani. Semuanya akan sukses jika dilandaskan dengan pemanfaatan digital teknologi. 

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan, menggabungkan teknologi IoT dalam pertanian adalah langkah maju menuju pertanian yang lebih efisien dan berdaya saing. 

”Metode smart farming petani milenial dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti sensor pertanian, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan untuk memantau kondisi tanaman secara real-time.  Selain itu, penggunaan data analitik dapat membantu petani mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti air, pupuk, dan pestisida,” ungkap Amran.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan tujuan pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menggenjot ekspor. 

"Smart farming saat ini menjadi hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Yakni dengan pemanfaatan alsintan yang menghemat biaya 40 sampai 60%, pemanfaatan IoT serta varietas unggul yang bisa menghasilkan banyak cuan. 

Dedi juga mengajak para pelaku usahatani untuk mengimplementasikan smart farming agar produktivitas meningkat, kualitas produk dapat diperbaiki, dan ongkos produksi dapat ditekan.

Long Term Training merupakan kerjasama Kementerian Pertanian (Kementan) dalam hal ini  BPPSDMP cq. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan dengan The Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS). 

BBPP Ketindan sebagai UPT BPPSDMP bersama Tim Expert Korea Selatan berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi milenial dalam agribisnis smart farming melalui long term training. 

Senin, 29/04/2024, dilaksanakan pembukaan long term training dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Sekretaris Badan PPSDMP, Siti Munifah. Tampak hadir dalam pembukaan yakni Tim Expert Korea, Jeung Young Soo, dan Han Hyouk Joo; Ketua Tim Kerja Pelatihan Aparatur dan Non Aparatur, Ketua Tim Kerja Sertifikasi, Konsultasi Agribisnis dan Pengelolaan Inkubator Agribisnis, Manager K-Smart BBPP Ketindan, serta Fungsional BBPP Ketindan dan 17 orang peserta pelatihan dari Politeknik Jember dan SMKN 1 Purwosari. 

Dalam sambutan pembukaan, Sekretaris Badan, Siti Munifah, mengatakan peserta smart farming diharapkan  memiliki imajinasi untuk memperoleh ilmu dan keterampilan setelah pelaksanaan pelatihan. Kerjasama Korea Selatan (EPIS) dengan Kementan ini (pelatihan ini) bertujuan untuk menggerakkan ekspansi/ perluasan di seluruh dunia terkait dengan smart farming.

”Saya minta kepada peserta, merasa bangga hadir sebagai peserta training bidang pertanian, karena pertanian memberikan keberlanjutan kehidupan, pertanian sekarang bukan seperti pertanian jaman dahulu, yang sempit, pertanian itu bersih, pertanian itu membanggakan, pertanian itu sehat”, terang Siti Munifah.

Sementara itu dalam laporan pelaksanaan, Kepala BBPP Ketindan, Nurul Qomariyah,  menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan K-Smart ini merupakan kerjasama antara Tim Evaluasi dari Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) Korea, Tim Education, Promotion, and Information Service in Food, Agriculture, Forestry, and Fisheries (EPIS) Korea dengan Kementerian Pertanian melalui BPPSDMP cq. BBPP Ketindan. 
 
”Long Term Training sebuah proyek melalui adopsi teknologi K-Smart di Indonesia untuk pengembangan teknologi bagi milenial melalui penyediaan sarana dan prasarana serta pendidikan dalam hal ini pelatihan yang berdaya salah satunya kegiatan yang dilaksanakan saat ini”, kata Nurul.

Ia menambahkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan minat petani milenial, baik mahasiswa maupun siswa dalam bidang pertanian sebagai pustaka atau bisnis, memberikan fasilitas kepada petani milenial dalam mengikuti Smart farming, dan mendukung tanaman pangan dengan adopsi pertanian K-Smart menggunakan teknoogi terbaru serta merespon perubahan iklim global dengan sasaran kegiatan yaitu tujuh mahasiswa dari Politeknik Jember dan sepuluh siswa dari SMKN 1 Purwosari Pasuruan. NDF/YNI