Deteksi Dini Kebuntingan Sapi, Tingkatkan Efisiensi Reproduksi

udin abay | Kamis, 07 Juni 2018 , 19:37:00 WIB

Swadayaonline.com - Selama ini metode deteksi kebuntingan pada ternak sapi dilakukan secara konvensional yaitu dengan pengecekan fisik secara langsung (perogohan/palpasi rectal). Hal ini dirasa kurang efektif karena membutuhkan umur kebuntingan tertentu yaitu lebih dari 60 hari serta tenaga ahli di bidang reproduksi agar deteksi dapat dilakukan secara tepat.

Balitbangtan menyadari hal ini yang melatar belakangi penelitian pendeteksi kebuntingan dini yang bisa dilakukan oleh peternak secara umum. Hasil penelitian ini telah menghasilkan Kit E-Pregnancy BPS ImunoDB yang merupakan teknologi diagnosis kebuntingan yang cepat dan akurat dan dapat dilakukan pada umur kebuntingan kurang dari satu bulan.

Dalam seminar bulanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan yang dilaksanakan Rabu (6/6) di Bogor, Kepala Loka Penelitian Sapi Potong Dr. Dicky Pamungkas mengatakan bahwa deteksi kebuntingan dini pada sapi induk ini dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sehingga dapi induk yang diketahui belum bunting dapat segera dikawinkan kembali. “Hal ini bisa memperpendek masa kosong atau kering dan sapi induk yang telah secara dini diketahui bunting dapat segera dipelihara secara lebih baik untuk menjaga dan menyelamatkan kebuntingan sampai lahir dengan selamat” tambahnya.

Kit Imunodotbloting Pregnancy ini merupakan diagnosis kebuntingan berbasis protein spesifik dengan kepekatan perubahan warna (gradient density) yang akan terjadi ikatan antara antigen dalam serum darah sapi bunting umur 1-3 bulan dengan antibody poliklonal.

Kit deteksi kebuntingan ini mempunyai tingkat akurasi mencapai 90% dan mempunyai keunggulan antara lain bisa memberi informasi keberhasilan perkawinan lebih awal, pengaplikasian yang mudah dan akurat, serta tidak menimbulkan trauma pada ternak.

Keunggulan lain yaitu diagnosis kebuntingan dapat dilakukan lebih awal yaitu mulai umur 15 hari dan hanya membutuhkan waktu 60 menit dalam pelaksanaannya. Dengan menggunakan Kit ini, peternak juga dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dan menekan biaya produksi.

Dalam seminar ini juga dibahas mengenai rencana pelepasan kambing Boerka galaksi yang merupakan kambing pedaging unggul hasil persilangan kambing boer dengan kambing kacang. Penelitian kambing ini dilakukan mengingat kontribusi kambing terhadap suplai daging nasional yang relative masih rendah (6,86 ton/tahun dibanding produksi daging nasional 3.175 ton/tahun).

Kambing boerka galaksi ini merupakan kambing potong unggul yang mempunyai produktivitas tinggi yang sesuai permintaan konsumen. Saat ini berubahnya preferensi konsumen untuk mendapatkan daging yang empuk dengan perlemakan yang rendah menuntut peternak harus menghasilkan produk yang sesuai. Kambing boerka galaksi ini juga diproyeksikan untuk menghasilkan ternak bakalan yang memenuhi standar berat badan untuk ekspor yaitu 35 kg. 
Direncanakan akan dibangun pusat perbenihan kambing boerka galaksi di beberapa wilayah Indonesia seperti di NTB, Bali, Sulawesi, jawa Papua dan Kepulauan Riau. Selain itu juga dikembangkan di daerah perkebunan sawit, karet, hortikultura dan tanaman pangan. SY/HMSL