Pilot Project Jagung berbasis Korporasi Inti Laboratorium Lapangan di Banten

udin abay | Senin, 23 Juli 2018 , 09:26:00 WIB

Swadayaonline.com - Pemerintah Provinsi Banten menyambut baik kepercayaan Kementerian Pertanian RI menjadikan Banten sebagai pilot project pengembangan jagung berbasis korporasi sebagai 'inti laboratorium lapangan', mengingat 50% industri pakan skala nasional berada di Banten, dengan kebutuhan jagung untuk pakan ternak di atas 1,6 juta ton atau sekitar 4.500 ton jagung pipilan per hari, namun selama ini kebutuhan jagung Banten dipasok dari Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.

Kepala Dinas Pertanian Banten, Ir Agus M Tauchid, MSi menyambut baik dukungan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman yang mengunjungi Banten, untuk memotivasi petani dan aparat terkait untuk menanam  dan meningkatkan, dan Banten dalam dua tahun terakhir ini memulai produksi jagung skala besar sebagai awal mula pengembangan produksi jagung di Banten.

Agus M Tauchid pun menguraikan tentang industri pakan skala nasional hampir 50% ada di Banten. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak diatas 1,6 juta ton atau sekitar 4.500 ton jagung pipilan per hari, namun pemasok jagung untuk industri pakan di Banten berasal dari NTB dan Jatim.

"Nah ini menjadi tantangan terbesar bagi petani Banten untuk menunjukkan eksistensi dirinya di produksi jagung. Sebelum 2017, angka produksi jagung Banten di bawah 30 ribut ton," kata Agus M Tauchid.

Pergerakan signifikan jagung terlihat mulai tahun 2017 menjadi 100.000 ton, dan pemerintah daerah menargetkan pada 2018 menjadi 20 juta ton dari luas lahan 90.000 hektar. Dari total lahan tersebut, sekitar 1.000 hektar dijadikan inti kawasan.

Dia tidak menampik adanya kendala untuk memulai produksi jagung Banten, dengan meyakinkan petani melalui pembinaan, mulai dari proses produksi hingga pascapanen serta meyakinkan petani tentang jaminan pasar.

Menurutnya, berbagai pihak pun mendukung tekad Banten seperti Kementan dengan Alsintan, dan pihak swasta adalah PT Charoen Phokpan Indonesia yang memfasilitasi mesin pengering (dryer machine) disertai jaminan untuk menerima hasil produksi petani sesuai spesifikasi yang ditentukan. 

Sementara PT Perhutani mendukung penyediaan lahan untuk lokasi pilot project di lokasi yang menetap, dimaksudkan agar lahan dapat ditanami jagung sepanjang masa berdampingan dengan pohon kayu putih dan atsiri.

Agus M Tauchid meyakini produksi jagung Banten akan berkelanjutan selama tiga faktor penunjang terpenuhi yakni Alsintan sesuai spesifikasi, benih dan pupuk tiba tepat waktu, dan kepastian pasar.

Dia juga mengingatkan tentang peran penyuluh pertanian yang ditarik ke dinas pertanian provinsi disikapinya secara positif.

"Perlakuan zonasi wilayah untuk memudahkan koordinasi penyuluh terhadap petani binaannya. Khusus untuk korporasi jagung maka Bupati Lebak menerapkan kebijakan satu desa satu penyuluh baik PNS atau THL maupun swadaya," katanya.

Hal itu dilakukan untuk mengembangkan pilot project jagung bukan sekadar 'pasar malam yang hanya ramai 
sesaat' maka dukungan APBD provinsi diharapkan dapat mendorong kinerja penyuluh pertanian dalam pendampingan kepada petani berjalan baik dan lancar.

"Banten yakin produktivitas jagung akan meningkat dan pada 2019 akan menyiapkan penangkaran benih untuk mencukupi kebutuhan benih di Banten," katanya mengakhiri wawancara. SY/NL