Produksi Cabai dan Bawang Sampai Januari 2017 Masih Surplus

udin abay | Rabu, 28 Desember 2016 , 22:33:00 WIB

Swadayaonline.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Spudnik Sujono mengatakan bahwa ketersediaan cabai dan bawang merah menyambut natal dan tahun baru 2017 sudah cukup, hal tersebut terlihat dari pengaturan pola tanam yang dilakukan dan produksi yang dicapai sampai Desember 2016 sebanyak 230.889 ton dengan luas tanam 151.182 ha. Ketersediaan cabai besar bulan Desember 2016 sebanyak 84.684 ton sedangkan kebutuhannya 76.472 ton dan bulan Januari 2017 ketersediaanya sebanyak 94.368 ton dan kebutuhannya sebanyak 92.101 ton.

“Sedangkan ketersediaan cabai rawit bulan Desember 2016 sebanyak 58.510 ton, kebutuhannya 54.346 ton dan ketersediaan bulan Januari 2017 sebanyak 73.757 ton, kebutuhan 68.303 ton. Ketersediaan bawang merah  bulan Desember 2016 sebanyak 108.554 ton, kebutuhannya 82.169 dan ketersediaan bulan Januari 2017 sebanyak 107.417 ton dan kebutuhannya 95.641 ton. Jadi sebenarnya produksi cabai dan bawang sudaah surplus,” ungkap Spudnik saat konferensi pers Refleksi Akhir Tahun 2016. (28/12/2016).

Tingginya harga cabai saat ini menurutnya terjadi karena sistem pasar atau sistem dagang pada umumnya (dinamika perdagangan) di lapangan, tidak bisa di buat semua harganya sama. Itu hak pedagang mau jual berapa dan memperoleh keuntungan berapa, karena pemerintah tidak mempunyai landasan harga yang berkekuatan hukum. Berbeda di beberapa negara yang mempunyai landasan harga, dimana pedagang yang menjual harga diatas yang tetapkan pemerintah akan terkena sanksi hukum. “Masuknya iklim la nina memang sedikit mempengaruhi produksi cabai dan bawang, karena fotosintesa terhambat namun produksi tetap baik dan bisa memenuhi kebutuhan,” tambahnya.

Spudnik mengatakan proses jual beli di pasar tidak hanya teori kebutuhan dan pasokan, tetapi ada pihak lain atau tangan kedua yang menentukan harga di pasaran namun yang menjadi permasalahan utama ialah faktor distribusi bahan pangan pokok. Untuk itu, Kementan tengah memacu optimalisasi program buffer zone produksi produksi bawang merah di 32 titik di Pulau Jawa dan di berbagai wilayah Indonesia seperti Kalimantan dan Maluku sebagai buffer zone di kawasan timur Indonesia. Sedangkan untuk zonasi wilayah di Sumatera akan dikembangkan di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Kabupaten Kerinci Jambi, Kabupaten Tanggamus dan Lampung. Hal tersebut untuk mengatasi kebutuhan di wilayah setempat dan memangkas rantai distribusi sehingga tidak lagi dipasok dari pulau Jawa.

“Ke depan, saya diminta untuk mengembangkan zonasi di Kalimantan, Maluku untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat dan hingga ke Papua. Dengan pemerataan penyebaran pertanaman di setiap regional, maka dapat mengatasi persoalan distribusi dan ketidakseimbangan pasokan. Dari pulau Jawa ini masih pasok ke mana-mana, dan ini akan dioptimalkan dengan Toko Tani Indonesia (TTI) yang akan langsung menampung dan menjual hasil produksi petani,” ujar Spudnik. Untuk menstabilkan harga cabai tahun 2017, Kementan sudah melakukan pengembangan program urban farming yaitu penanaman cabai dengan pemanfaatan pekarangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). SY