Terapkan Pengairan Hemat Air, Petani Sumedang Panen 3 Kali dalam Setahun

udin abay | Kamis, 22 November 2018 , 14:30:00 WIB

Swadayaonline.com -:Memasuki musim penghujan di awal November ini, petani Desa Kebon Cau Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang Jawa Barat, menikmati hasil panen padi yang ditanam pada MT (Musim Tanam) ke-3 bulan Agustus lalu.  Panen padi ini mereka nikmati berkat penerapan teknologi pengelolaan air dalam kegiatan peningkatan indeks pertanaman yang didiseminasikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. 
Dengan sumber air Sungai Cimanuk sejauh 1 km dari hamparan sawah, BPTP dan Dinas membantu pembangunan saluran air permanen dan menggunakan sistem pompanisasi ke sawah milik petani seluas 13 ha, sehingga pada tahun 2018 ini mereka bisa menanam padi sebanyak 3 kali.  Teknologi yang diterapkan yaitu sistem irigasi air permukaan dengan menaikkan air dari sungai menggunakan pompa dan pipanisasi, sistem budidaya padi sawah tadah hujan hemat air berbasis organik (Patbo Super). Teknologi Patbo Super ini menggunakan VUB kelompok amfibi, bahan organik, alsintan, pengendalian gulma, pengendalian OPT ramah lingkungan. Pengairan hemat air ini dipantau melalui alat pengukur air serta varietaas yang didiseminasikan yaitu  Inpari 30, Inpari 33, Inpari 39, Inpari 42 dan Inpago 9.   Produksi padi yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya (MT II)  yaitu 6.14 ton/ha Inpari 33,  4.5 ton/ha Inpari 39, 7.4 ton/ha Inpari 42, 3.28 ton/ha Inpago 9.  
Dalam kunjungannya ke Ujung Jaya, tim Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) menjumpai Kelompok Tani Sri Mekar Jaya yang sudah mulai menerapkan peningkatan indeks pertanian dari 200 ke 300 sejak tahun 2016.  Diawali dengan Sulaeman sang ketua ketua kelompok, akhirnya sebanyak 30 anggota poktan mengikuti jejak pak ketua dan ikut menikmati hasil. 

“Pada tiga tahun yang lalu, kita tidak pernah panen di bulan November karena lahan dibiarkan bera.  Sejak BPTP Jawa Barat masuk dan mengenalkan teknologi pengelolaan air, maka kami mulai menanam 3 kali setahun. Selain itu kami juga banyak dikenalkan teknologi lainnya seperti Patbo Super dan varietas-varietas unggul baru,”ungkap Sulaeman. 

Ditambahkan oleh Dede Subagja, salah seorang anggota kelompok tani Sri Mekar Jaya, bahwa kerjasama dengan BPTP sangat membawa manfaat bagi para petani.  
“Kami dikawal dan didampingi terus dalam pelaksanaaan bertanam padi karena teknologi pengelolaan air ini merupakan hal yang baru bagi kami.  Kami memperoleh peningkatan produksi padi.  Sebelum BPTP masuk, produksi padi mencapai 4.3 -  4.9 ton/ha. Nah, setelah BPTP Jawa Barat mengenalkan teknologinya, produksi padi mencapai 5.7 – 7.8 ton/ha.”

Kepala BBP2TP, Dr. Haris Syahbuddin, DEA yang ditemui di tempat terpisah menyampaikan bahwa program peningkatan indeks pertanaman ini dilaksanakan di seluruh provinsi melalui BPTP setempat.  
“Ada banyak teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan indeks pertanaman ini, sesuai dengan spesifik lokasi wilayahnya masing-masing. Utamanya mereka memanfaatkan potensi sumber daya air yang ada dan melakukan introduksi teknologi pengelolaan air untuk meningkatkan indeks pertanaman. Di Desa Kebun Cao, BPTP Jawa Barat mengintroduksikan teknologi pompanisasi dan pipanisasi untuk bisa bertanam  padi di MT III,“ tutur beliau. 

Dari hasil panen beberapa varietas, petani menyukai Inpari 42 karena memiliki anakan yang banyak dan bulir padi yang padat serta mencapai produksi tertinggi dibandingkan varietas lainnya.  

“Alhamdulillah, petani bisa menikmati panen padi di bulan November ini dan sekarang langsung bisa tanam kembali untuk Musim Tanam I,”pungkas Haris mengakhiri pembicaraan. SY/HMSL