12 Tahun Terhenti, Indonesia Kembali Ekspor Produk Ayam Olahan

udin abay | Senin, 13 Maret 2017 , 20:06:00 WIB

Swadayaonline.com - Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Kementerian Pertanian (Kementan), Mat Syukur, melepas ekspor perdana produk daging ayam olahan milik PT. Charoen Pokphand Indonesia ke Papua Nugini. Hal tersebut dalam rangka meningkatkan perekonomian negara, karena saat ini pemerintah terus berusaha meningkatkan pendapatan melalui ekspor berbagai komoditi strategis pertanian termasuk daging ayam olahan. (13/3/2017)

Acara pelepasan ekspor perdana dihadiri Wakil Bupati Serang, Dandim, Kapolres Serang, dan Dinas Pertanian Perindustrian dan perdagangan Serang. “Kiriman perdana ini, diekspor satu kontainer dengan total 1000 carton. Mudah-mudahan berikutnya segera dapat direalisasikan ekspor produk pertanian lainnya ke negara Jepang, Vietnam, dan negara Timur Tengah yang saat ini sedang dalam proses,” tegas Mat Syukur.

Industri peternakan dan hasil ayam olahan, diharapkan tidak hanya sebagai pemain di negeri sendiri. Untuk menghindari over supply, kedepannya industri dalam penjualannya, harus menuju pasar ekspor. Kebutuhan dalam negeri nantinya, dapat dicukupi oleh peternak rakyat. Karena berapapun kebutuhan masyarakat akan kebutuhan daging ayam saat ini, sudah bisa tercukupi.

Kementan terus mendorong dan mendukung para pengusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya terutama untuk tujuan ekspor. Karena 4 perusahaan lainnya telah siap melakukan ekspor dan sudah mengantongi NKV (Nilai Kontrol Veteriner) yaitu PT. CPI, Melindo, Soo Good, dan Belfood.

Presiden Komisaris Charoen Pokphand, T. Hadi Gunawan mengatakan ekspor perdana ini merupakan lilin kecil yang akan membakar semangat untuk meningkatkan ekspor ke negara lainnya. “Indonesia sudah mencapai swasembada protein hewani dan berlebihan produksinya. Maka untuk mengatasi over supply kita mencari pasar ekspor,” tambahnya.

Ekspor produk ayam olahan sempat terhenti sejak tahun 2003 dikarenakan wabah flu burung. Hadi Gunawan menegaskan, ini adalah ekspor pertama setelah 12 tahun ekspor produk olahan Indonesia terhenti. Diharapkan Indonesia akan menjadi lumbung pangan asia, dan saatnya nanti akan menjadi lumbung pangan dunia.

Direktur Kesehetan Hewan (Dir. Keswan) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Drh. Fardjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan untuk mendapatkan ijin ekspor, perusahaan harus melengkapi berbagai persyaratan seperti masalah teknis keamanan bio security, sehingga ada menjaminan tidak ada virus yang masuk mulai dari proses hewan hidup. Sedangkan untuk sampai produk olahan harus mencakup higine dan sanitasy sampai pengepakan, sedangkan untuk kehalalan itu tugas MUI, Kementan hanya memback-up saja.

“Beberapa perusahaan juga sudah bersiap ekspor ke negara Jepang dan negara lainnya, namun kini masih dalam proses. Kalau produk olahan kita sudah diterima di negara Jepang, itu akan membuka peluang untuk ekspor ke negara lain. Karena persyaratan ekspor ke Jepang lebih ketat. Untuk itu pemerintah sedang giat melakukan pengawasan dan dan pembinaan kepada eksportir, agar produknya bisa diterima di negara manapun,” tegas Fadjar. SY