Dirjen PKH Kementan Dorong Pengembangan RPH Unggas

udin abay | Jum'at, 02 Juni 2017 , 21:51:00 WIB

Swadayaonline.com - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mendukung inisiasi Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin  untuk mengembangkan pusat agribisnis peternakan itik di Kabupaten Pati. “Saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Wakil Bupati Pati untuk memberdayakan peternak unggas agar lebih berdaya saing,” Ujar I Ketut Diarmita saat kunjungannya di Kabupaten Pati, Kamis (1/5/2017).

Dirinya mengapresiasi pembangunan RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas). Hal tersebut sangat sejalan dengan kebijakan pemerintah yang saat ini terus mendorong tumbuhnya usaha pemotongan, penyimpanan, dan pengolahan unggas. Sehingga hasil usaha petenak tidak lagi dijual sebagai ayam atau itik segar, melainkan dalam bentuk daging beku ataupun inovasi produk lainnya.

Pasar untuk komoditas unggas di Indonesia didominasi fresh commodity, sehingga produk mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply-demand menjadi faktor penting penentu harga, sehingga intervensi perlu dilakukan dari hulu hingga hilir. Dirjen PKH mengatakan bahwa saat ini perusahaan yang memiliki RPUH telah melakukan penyimpanan dengan fasilitas cold storage hanya mempu menampung stok sebesar 15-20 persen dari total produksi.

“Peternak mandiri maupun integrator saat ini sama-sama menjual ayam hidup, maka keduanya terjebak pada kommodity trap (Jebakan komoditi dimana harga tergantung pada supply-demand), sehingga jika harga jatuh, peternak dengan modal kecil yang umumnya tidak memiliki cadangan dana ketika harga jatuh akan mudah mengalami kebangkrutan,” tambahnya. Pemerintah telah mewajibkan bagi pelaku usaha dengaan kapasitas produksi paling sedikit 300.000/minggu harus mempunyai RPHU yang memiliki rantai dingin. Sehingga angka penjualan ayam beku dapat ditingkatkan untuk mengurangi terjadinya commudity trap yang terjadi selama ini.

I Ketut Diarmita menegaskan, saat ini pemerintah terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk dapat berdaya saing dan menigkatkan ekspornya. Hak tersebut selain untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia, sekaligus dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi masyarakat perunggasan di Indonesia terkait harga yang sangat berfluktuatif. “Ekspor suatu keniscayaan, karena dalam perkembangannya kedepan konsumsi daging akan beralih dari red meat ke white meat berarti unggas mempunyai peluang untuk berkembang. Makanya kita selalu dorong pelaku usaha menjual produknya ke luar negeri, sehingga pasar dalam negeri dapat diisi oleh peternakan unggas rakyat,” tegasnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa tengah, Agus Wariyanto mengatakan, Kabupaten Pati mempunyai potensi untuk mengembangkan sentra peternakan itik nasional yang dapat menyuplai wilayah Jabodetabek. “Dengan adanya MoU pengembangan peternakan itik antara PT. Putra Perkasa Genetika dengan CV. RafindoAgro Makmur, diharapkan dapat menjadi center of exelent untuk memanfaatkan teknologi inovasi dalam pengembangan itik, sehingga mempunyai kualitas ekspor,” ujarnya.

Populasi itik di Jawa Tengah saat ini sebanyak 5 juta ekor, dan Kabupaten Pati berada pada peringkat ke-5 karena pertubuhannya sangat cepat dengan peningkatan produksi populasi mencapai 5 persen/tahun. Agus mengatakan, pola kemitraan ini akan terus dikawal dan dievaluasi, jika hasilnya bagus maka polanya akan menjadi pilot projenct. Karena model ini didukung dengan inovasi dan pembiayaan dari perbankan, sehingga dapat memanagkas biaya operasional yang tidak efisien. SY