Agribisnis Sayuran Metode Onsite Training Model

udin abay | Rabu, 26 Juli 2017 , 12:08:00 WIB

Swadayaonline.com - Tantangan di bidang pelatihan pertanian semakin nyata, menuntut agar pelatihan tidak hanya sebatas meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan penyuluh dan petani, namun juga berkorelasi langsung dengan peningkatan pendapatan petani yang bermuara pada kesejahteraan petani.

 

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sejak tahun 2015 telah bekerjasama dengan Taiwan Technical Mission (TTM) dalam hal penguatan kapasitas petani. Penguatan kapasitas petani dilakukan melalui kegiatan pembangunan sarana dan pelatihan. Tahun 2016 kerjasama difokuskan pada pembangunan 1 buah packing house dan 4 buah screen house, dan mulai tahun 2017 dan seterusnya kerjasama di fokuskan pada pelaksanaan pelatihan. (26/7/2017)

 

Kepala BBPP Lembang, Ir. Bandel Hartopo, M.Sc  mengatakan pelatihan yang diberikan kali ini Onsite Training Model (OTM), yaitu model pelatihan berbasis outcome yang menggunakan pola integrasi mulai dari proses perencanaan hingga pendampingan dan evaluasi. OTM dilaksanakan melalui 2 kegiatan, yaitu tatap muka yaitu pola pelatihan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani dan pngembangan usaha tani dengan dengan metode Focus Group Discussion (FGD). “Hasil dari FGD, akan dijadikan dasar penentuan kurikulum pelaksanaan pelatihan,” tambahnya.

 

Pada pelatihan kerjasama tersebut juga dilaksanakan tatap muka terkait materi budidaya hasil IKL dengan metode klasikal, demonstrasi dan praktik. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penerapan teknologi pertama selama kurang lebih 14 hari, di mana petani yang dilatih melakukan penerapan teknologi didampingi penyuluh pertanian dan petani maju melalui pertemuan kelompok Anjang Karya, dan metode penyuluhan lainnya.

 

Kelebihan pelaksanaan diklat metode OTM menurut Bandel Hartopo berorientasi pada peningkatan pendapatan petani, merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi dari mulai perencanaan hingga pendampingan. Materi yang dilatih sesuai kebutuhan peserta, menyelesaikan masalah petani dengan tepat, sarana belajar merupakan lokasi usaha, waktu belajar sesuai siklus budidaya dan kesepakatan petani dengan peserta, pendampingan berkelanjutan, diseminasi ke petani lebih cepat, biaya pelatihan bila dibandingkan dengan metode konvensional relatif sama. SY/CR