Tebu Amphibi Siap Genjot Produksi Gula Nasional

udin abay | Minggu, 30 Juli 2017 , 19:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi menyebabkan kebutuhan produk pertanian baik pangan, bahan industri, bahan baku obat maupun bahan bakar nabati akan semakin meningkat. Di sisi lain perubahan iklim global, ketersediaan lahan makin terbatas, degradasi lahan makin meningkat menyebabkan tantangan produksi pertanian makin berat. Pendekatan yang paling efektif adalah penyediaan varietas-varietas baru yang mampu berproduksi tinggi ditengah cuaca ekstrim, tekanan cekaman biotik maupun abiotik, serta memiliki keragaan mutu yang sesuai dengan perubahan preferensi konsumen, merupakan penentu kekuatan daya saing produk pertanian.
 
Tebu salah satu komoditi tanaman pangan yang ditargetkan untuk mencapai swasembada gula konsumsi pada tahun 2019 dan swasembada industri pada tahun 2029. Permasalahan yang dihadapi adalah berbagai varietas bina yang sudah digunakan baik oleh masyarakat petani maupun industri telah mengalami degenerasi genetik sehingga produktivitas dan rendemennya menurun. Disamping itu dengan adanya perubahan iklim global yang ekstrim berdampak terhadap penurunan produktivitas tebu yang drastis sehingga pelambatan proses penyediaan varietas unggul baru yang adaptif terhadap anomali iklim dan lahan sub optimal dapat menyebabkan ketertinggalan dalam daya saing pada tingkat global dan tidak tercapainya kedaulatan pangan.

Puslitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian mempunyai mandat untuk melakukan penelitian berbagai tanaman perkebunan, antara lain tanaman tebu. Untuk mendukung tercapainya swasembada gula, maka sejak tahun 2012, Puslitbang Perkebunan telah melakukan kegiatan penelitian perakitan varietas unggul tebu baru untuk mengantisipasi adanya anomali iklim yang sangat sulit diprediksi dengan menggunakan teknologi kultur in vitro dikombinasikan dengan mutagen baik fisik (iradiasi sinar gamma) maupun kimiawi. Teknologi keragaman somaklonal dan mutagenesis in vitro merupakan salah satu teknik kultur in vitro yang banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman secara non konvensional dan terbukti telah banyak dihasilkan varietas-varietas baru yang mempunyai karakter-karakter unggul khususnya untuk peningkatan produktivitas tanaman serta toleransi terhadap cekaman abiotik.

Melalui kegiatan tersebut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Dr. Fadjry Djufry mengatakan telah dihasilkan 300 galur mutan somaklon hasil keragaman somaklonal dan mutagenesis in vitro. Seleksi awal terhadap galur-galur tersebut dilakukan pada kondisi iklim basah dan terseleksi 150 galur yang mempunyai potensi produktivitas dan nilai kandungan padatan terlarut (brix) tinggi. Selanjutnya melalui proses seleksi berikutnya diperoleh 50 galur mutan somaklon potensial yang kemudian diuji lebih lanjut melalui Uji Daya Hasil Pendahuluan (UDHP).

Data rendemen tebu pada UDHP menunjukkan bahwa rendemen dari galur-galur mutan somaklon ada yang mencapai diatas 11%, sedangkan kontrol BL 9.45% dan PS 864 9.35%. Dari hasil UDHP terseleksi 15 galur mutan somaklon yang mempunyai potensi produktitivitas dan rendemen tinggi. Kelima belas galur tersebut pada pengujian tahun 2015 terpapar cekaman kekeringan dalam periode yang cukup panjang (April sampai Oktober 2015), sebaliknya pada tahun 2016 terpapar musim hujan yang berkepanjangan, namun demikian galur-galur tersebut tetap dapat berproduksi baik pada kedua kondisi musim tersebut.     

“Pada tahun 2016 kelima belas galur tersebut masuk tahapan Uji Multilokasi yang dilakukan di tiga Pabrik Gula (PG) lingkup PTPN X, yaitu di PG Watoetoelis (Sidoarjo), PG. Gempolkrep (Mojokerto) dan Puslit Gula Jengkol (Kediri). Dari kegiatan tersebut diperoleh 6 galur harapan dengan potensi produktivitas diatas 120 ton/ha sedangkan tanaman kontrol produktivitas nya 100 ton/ha. Uji Multilokasi tahun kedua (2017) dilakukan di lokasi yang sama dan ke-6 galur tersebut menunjukkan hasil yang stabil serta keragaan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman kontrol dan galur-galur mutan somaklon lainnya,” tegas Fadjry.

Dari enam galur yang terseleksi pada kondisi musim yang berbeda (musim kering yang ekstrim pada tahun 2015 dan musim hujan berkepanjangan pada tahun 2016) memberikan hasil baik produktivitas maupun rendemen yang stabil dan lebih tinggi dari tanaman kontrol. Diharapkan karakter tersebut akan tetap stabil dan diturunkan pada generasi berikutnya sehingga galur-galur tersebut potensial untuk dikembangkang lebih lanjut menjadi varietas unggul baru (VUB) tebu yang bersifat “amphibi”.

Kerjasama PTPN X

Memahami pentingnya peran inovasi pertanian dalam mendukung  pelaksanaan pembangunan pertanian, maka Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, akan menandatangani Nota Kesepahaman dengan PTPN X tentang Pemuliaan Mutasi Tanaman Tebu. Badan Litbang Pertanian melalui Puslitbang Perkebunan melakukan kegiatan penelitian dasar membentuk ragam genetik galur-galur tebu unggul dan produk terapannya berupa varietas unggul harapan akan diuji adaptasi oleh PTPN X untuk mendapatkan varietas tebu unggul baru yang sesuai area pengembangannya pada petani tebu rakyat selaku mitra pemasok bahan baku untuk PG.

Salah satu upaya dalam mewujudkan pertanian modern dan berdaya saing tinggi tidak hanya melakukan pendekatan perubahan dan atau peningkatan sarana dan prasarana termasuk pendekatan input-input produksi, namun harus didukung dan diikuti kemajuan dalam teknologi perbenihan yaitu melalui penciptaan varietas unggul baru (VUB) yang mampu memacu peningkatan produktivitas, tersebar secara masif dan memberikan efek kesejahteraan terhadap petani (pendekatan harga dan akses terhadap pasar).

Litbang Pertanian bekerjasama dengan PTPN X Jawa Timur memiliki tanggungjawab besar dalam mewujudkan kejayaan pertanian dan kesejahteraan petani Indonesia saat ini dan dimasa mendatang. Melalaui inisiasi dan aktivitas riset oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian sejak tahun 2012 telah melakukan penelitian berkelanjutan dalam upaya menciptakan varietas unggul baru sebagai solusi dalam meningkatkan produktivitas komoditas tebu yang selama ini menjadi kebutuhan petani.

Capaian hasil riset ini sangat signifikan dan sangat memungkinkan untuk memompa target-target produksi dalam upaya untuk mempersiapkan swasembada pangan dan lumbung pangan dunia, tentu varietas tersebut harus mampu dikembangkan secara masif secara nasional terutama pada daerah-daerah yang memiliki potensi tumbuh dan berkembang secara baik.

“Upaya penyebaran luasan varitas amphibi tersebut harus menadapat dukungan seluruh stake holder terutama pemerintah daerah dengan melalukan koordinasi maksimal dan berkelanjutan. Semoga dengan penciptaan varietas baru tersebut oleh peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menjadi jawaban atas permasalahan komoditas perkebunan selama ini yaitu produktivitas rendah demikian dengan rendemennya,” ujar Fadjry. SY