Peremajaan Sawit Butuh Biaya Besar

udin abay | Kamis, 14 April 2016 , 23:58:00 WIB

Swadayaonline - Pengembangan kepala sawit di awali dengan pengembangan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Nucleus Estate Smallholders (NES) yang mendapat bantuan dari Bank Dunia. Keberhasilan NEC kemudian menjadi rujukan pengembangan perkebunan, berkat kerjasama semua pihak terkait, akhirnya Indonesia menjadi negara produsen sawit terbesar di dunia tahun 2006.

Luas areal kelapa sawit tahun 2015 sebesar 11,3 juta ha, merupakan 48,6% luas total areal perkebunan sebesar 23,25 juta ha. 4,58 juta ha merupkan perkebunan rakyat, 750 ribu ha perkebunan besar Negara, dan 5,97 juta ha perkebunan besar swasta.
 
Produksi CPO tahun 2015 menurut Ir.Galih Surti Solihin dari Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian sebesar 31,28 juta ton atau 43 kali produski tahun 1980 sebesar 721 ribu ton, sedangkana ekspor CPO dan turunannya tahun 2015 mencapai 19,04 juta ton dengan nilai US$ 11,58 juta. “Selain produk utama, seluruh hasil samping dan limbah berpotensi dapat diolah untuk menghasilkan nilai tambah baru sesuai konsep ekonomi biru, yang salah pilarnya adalah berlangsungnya proses produksi tanpa menyisakan limbah (zero waste),” tegasnya pada acara Kunjungan Pers Ditjen Perkebunan di Padang, Sumatera Barat (14/4/2016)

Galih menegaskan bahwa produktivitas perkebunaan rakyat kelapa sawit masih di bawah potensinya, karena dalam penerapannya belum baik dan optimal. Untuk peremajaan/replanting dibutuhkan biaya besar, merupakan investasi jangka panjang sehingga tidak terjangkau swadaya petani dan APBN reguler. Penggunaan benih tidak bersertifikat masih banyak digunakan pada perkebunan rakyat, sehingga hasil produksi terkadang tidak sesuai yang diharapkan.

Pengembangan peremajaan kelapa sawit kini sudah mulai dilakukan oleh perkebunan rakyat, salah satunya Kelompok Tani 41 KJUB PRBUN Ophir KPS Sejahtera, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat. Menurut Syafrizal, Sekretaris Kelompok Tani 41, tahun 2011 mendapat bantuan demplot model peremajaan sawit seluas 20 ha dengan dana Rp. 300 juta dari Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman Barat.

“Sampai saat ini kelapa sawit sudah berumur 3,5 tahun  dan sudah menghasilkan produktivitas akhir tahun 2014 sebanyak 200kg/ha dan di akhir tahun 2015 meningkat menjadi 800kg/ha, sedangkan untuk tumpang sari ditanami jangung,” tegas Syafrizal. Pengetahuan petani yang masih rendah serta kelembagaan kelompok yang kurang, diperlukan pembinaan dan pendampingan agar proses produktivitas menjadi lebih baik selain juga diperlukan bantuan dana untuk pemeliharaan lanjutan. Tambahnya. SY