Benih Unggul Varietas Baru, Menuju Kopi dan Kakao Indonesia Nomor Satu Dunia

udin abay | Kamis, 10 Agustus 2017 , 23:23:00 WIB

Swadayaonline.com - Tahun 2017, di mulainya pengembangan komoditas perkebunan dan hortikultura. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan benih sumber perkebunan varietas baru. Melalui Balai Penelitiannya Industri telah menyiapkan bibit kopi, kakao, teh, karet, varietas terbaru saampai teknologi baik onfarm sampai pascapanen.

Produktivitas kakao Indonesia saat ini rata-rata masih 0,7 sampai 0,8 ton/ha. “Kini Litbang telah menyiapkan benih kakao varietas baru BL 50 yang produktivitasnya sampai 3,7 ton/ha. Buahnya lebiih besardan sudah dikembangkan dibeberapa sentra produksi seperti di Sulawesi dan Papua. Harapan kita dengan pemupukan, pemangkasan dan pemeliharaan, maka produktivitasnya akan meningkat,” ujar Kepala Puslitbangbun, Fadjry Djufry.

Menurutnya saat ini belum banyak perkebunan kakao yang bagus. Yang banyak itu hutan kakao, karena setelah ditanam tidak dipelihara oleh petani. “Dengan bantuan benih dan pendampingan, benih tidak hanya dibagi saja, tapi petani bisa mengembangkan dengan baik dan benar,” tambahnya.

Selain itu, Litbang Pertanian juga sudah menyiapkan benih kopi varietas baru. “Jenis kopi dan rasa kopi Indonesia sangat beranekaragam dengan berbagai citarasa seperti Robusta. Toraja, Wamena, Gayoh, yang semua sangat top di luar negeri. Banyaknya varietas plasmanutfah tersebut, kita akan dorong lagi menjadi nomor satu di dunia,” tegas Fadjry.

Fadjry mengatakan juga akan mendaftarkan keanekaragaman pasmanutfah tersebut ke perlindungan varietas. karena secara tidak sadar menurutnya telah banyak varietas pasmanutfah Indonesia terbawa keluar dan kemudian di klain. “Saya berpesan kepada petani agar berhati-hati dalam melakukan kerjasama. Terkadang kita bangga dan sukarela dengan iming2 kerjasama dengan pihak luar, sehingga plasmanutfah kita dibawa dan akhirnya diklaim,” ujarnya.

“Dengan teknologi DNA yang sudah kita dafatarkan ke perlindungan varietas, sehinga varietas plasmanutfah kita tidak bisa lagi diklaim oleh negara lain. Seperti durian montong dan musangkeng itu dari Kalimantan, tapi diklaim oleh negara lain. Kita mau semua varietas unggul loal didaftarkan, kita petakan gennya, maka orang luar tidak bisa mengkalim lagi,” tegas Fadjry.

Litbang Pertanian juga sedang mengembangkan penelitian kopi yang menyamai kopi luwak, yaitu kopi Bisang. Bisang merupakan nama hewan yang jenisnya hampir sama dengan hewan luak. Menurut Fadjry, Bisang hanya memakan buah kopi yang matang, setelah itu dikeluarkan kembali dalam mulutnya. “Enzimatis yang terdapat dalam mulut Bisang, bisa membuat kopi mempunyai citarasa yang lebih bagus dari luak dan berharap ini kemungkinan akan jadi brand kopi terbaik. SY