Kemasan Berbagi Ilmu Ala Widyaiswara BBPP Ketindan

udin abay | Sabtu, 07 Desember 2019 , 23:37:00 WIB

Swadayaonline.com - Widyaiswara bagi Balai Pelatihan Pertanian adalah syarat mutlak yang harus ada dalam jumlah, kualitas dan profesional di bidang yang diampunya. Begitu pula bagi BBPP Ketindan yang merupakan salah satu Balai Pelatihan tempat para stakeholder baik petani, petugas/ penyuluh maupun pengusaha pertanian  yang menginginkan untuk meningkatkan kemampuannya. Tentu sebagai subyek yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kompetensi/ kemampuan berusaha tani, widyaiswara dituntut berada di garis terdepan , baik kemampuan/ kompetensi teknis, manajerial maupun sosiokultural. 

Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 38 tahun 2017 tentang standar kompetensi widyaiswara di Indonesia. Ketiga standar minimal yang harus dimiliki oleh widyaiswara tersebut diharapkan mampu dikolaborasikan secara utuh dan terpadu dalam mengemban amanah terutama ketika seorang widyaiswara berada di depan kelas, proses berlatih melatih. 


Karena tuntutan yang demikian tinggi akan profesionalitas seorang widyaiswara , maka  Kementerian Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 30/permentan/OT.140/2/2014 telah menyusun pedoman pengembangan profesionalisme widyaiswara. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa berbagai bentuk/cara/model pengembangan profesi widyaiswara dapat dilakukan melalui beberapa jalur seperti pelatihan, studi banding, magang, kaji widya, forum widyaiswara (temu profesi/ spesialisasi, workshop), seminar ( sebagai peserta, moderator ataupun penyaji/ pembahas) serta bedah buku. Salah satu di antaranya yang sedang trend dan menjadi kekurangan rata-rata widyaiswara sekarang adalah kemauan untuk menulis karya yang sudah dihasilkan, cenderung terbatas dan sedikit yang terekspose. 

Untuk itu perlu dipacu kemauan, kemampuan dan jurus andalan agar ilmu yang telah dimiliki seorang widyaiswara dapat pula disebarkan melalui media yang tersedia baik media cetak, elektronik atau media sosial. Untuk mengukur tingkat profesi seorang widyaiswara yang siap bersaing di era global adalah menulis karya ilmiah di jurnal-jurnal internasional ataupun nasional. Untuk itu Karya Tulis Ilmiah ( KTI) menjadi salah satu kebutuhan yang harus diasah kembali oleh widyaiswara untuk siap bersaing di masa depan. Tentu aturan, standar dan trend topik serta sarana yang dibutuhkan sejalan dengan era revolusi informasi abad 4.0.

Berbicara revolusi informasi/ industri era 4.0, kemampuan mengelola, menaklukkan, memanfaatkan dan mengaplikasikan tehnologi multimedia berbasis internet menjadi keniscayaan yang pasti harus dimiliki seoarang widyaiswara. Cara-cara konvensional di mana widyaswara dan calon peserta harus berada dalam ruang yang sama, di waktu yang sama sehingga langsung bisa berinteraksi dalam proses berlatih melatih akan kurang diminati untuk masa depan terutama bagi generasi milenial yang lebih akrab dengan tehnologi digital. 

Kita tahu bahwa generasi mileniallah yang akan mewarisi pembangunan pertanian di masa depan , sehingga passion dan perhatian mereka yang selama ini telah diakrapi harus pula mampu dimasuki oleh widyaiswara agar proses transfer tehnologi pertanian dapat berjalan dengan lebih efektif, efisien dan interaktif. Penguasaan metodologi dan ilmu pengetahuan berbasis internet dalam bentuk multimedia adalah kebutuhan lanjutan yang harus melekat di ketrampilan dan keahlian seorang widyaiswara.

Kedua topik di atas menjadi tujuan widyaiswara untuk berlatih bersama dalam korps Widyaiswara BBPP Ketindan pada tanggal 9-12 Desember 2019. Kegiatan akan diikuti oleh 24 widyaiswara, di mana mereka terlebih dahulu sudah harus menyiapkan materi pelatihan sesuai dengan pengampuannya dalam bentuk video sehingga bahan tersebut sebagai data dasar untuk meningkatkan kemampuannya di bidang pembuatan media pembelajaran. Selain itu proposal peningkatan profesional widwaiswara juga menjadi persyaratan yang harus ditunjukkan kepada calon fasilitator atau nara sumber yang dalam hal ini berasal dari LIPI, sehingga titik awal kemampuan menulis karya ilmiah dapat dilihat sebagai data dasar. 

Adapun tujuan kegiatan pelatihan bagi widyaiswara ini adalah peserta mampu menguasai penyusunan media pembelajaran multimedia, metodologi Kaji Widya sosial dan eksperimental, menyusun KTI (jurnal) serta mempublikasikannya. Tentu dalam waktu yang cuma 4 hari tidaklah cukup bila ke-4 tujuan tersebut sempurna tercapai, tetapi trik, teknis dan jurus untuk mempermudah, memacu dan menguasainya menjadi tugas bersama setelah pelatihan selesai. SY/YNI