Attila Majid, Penyuluh yang Hijrah Jadi Pengusaha Kopi

udin abay | Senin, 09 Desember 2019 , 16:22:00 WIB

Swadayaonline.com - Attila Majidi,SP, Sibungsu dari Solok Selatan, alumni IPB angkatan 28 pernah beketja sebagai penyuluh di Dinas Pertanian Solok Selatan. Pria berusia 47 tahun ini bulan Juli 2018 berhenti bekerja sebagai Penyuluh Pertanian. 

Sejak itu, dirinya sibuk mengelola Teras Kopi Pak Datuak dan minum kopi Arabika minimal dua gelas sehari kadang bisa lebih. Bisa dikatakan sejak 2 tahun dirinya sangat "dekat" dengan kopi. Lho baru 2 tahun yang lalu sebelumnya "ngga dekat" dengan kopi dong? Iya sebelumnya saya tdk suka kopi dan tidak minum kopi. Jika ditawarkan pilihan untuk minum kopi dan minuman lain saya dipastikan saat itu tidak memilih kopi. Terang Attila saat bincang-bincang.

Attila menceritakan bahwa istrinya yang asli Cirebon, Yani Suryani yang juga alumni IPB C30, malah yang suka minum kopi. "Saya sering heran dan menertawakan kebiasaan istri yang minum kopi sampai 3 gelas sehari," ujarnya bercanda sambil ngopi racikannya.

Nah terus kenapa dirinya sekarang jatuh cinta dan tiap hari selalu dekat dengan kopi? Attila mencerikan sejak tahun 2012 telah membina dan membentuk kelompoktani perkebunan kopi, tapi karena Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan di Solok Selatan terpisah maka pembinaan kepada poktan tersebut dilakukan oleh Penyuluh Perkebunan. 

"Pada bulan November 2017 seorang teman saya Direktur RS di Riau berhenti bekerja dan ingin menekuni bisnis. Dia berencana akan bisnis kopi dan melakukan survei tentang kopi. Saat survei di Yogyakarta ada sebuah cafe yang khusus menjual kopi Arabika Solok. Karena dia tahu bahwa saya domisili Solok, dia langsung menghubungi dan menanyakan tentang kopi Solok itu. Dia pikir saya lah pemilik produk Kopi tersebut", kata pria yang bergelar datuk dari Minangkabau ini

Dirinya menambahka bahwa saat itu, hanya menanam kopi dan belum memiliki produk Kopi yang dijual komersial. "Teman saya bertanya kenapa saya tida bikin produk kopi Arabika Solok, kan sudah terkenal lho?. Karena penasaran, esok hari saya telusuri ternyata banyak daerah yang kesulitan memenuhi banyaknya permintaan akan kopi Arabika mencari bahan baku ke Solok Selatan", ujarnya

Menurut Attila, orang hanya mengenal kopi Arabika Gayo, Mandailing, Kintamani, padahal saat ini luas tanam kopi Arabika di Solok Selatan 450 hektar dan Robusta 3.293 hektar. "Mungkin karena kami tidak punya produk Kopi komersial tadi ya? Sehingga banyak yang tidak tahu asal kopi Solok Selatan? Melihat kondisi diatas sejak Januari 2018 saya mulai produksi Kopi merek Pak Datuak. Mulai dari Green Bean, Whole dan Ground. Ngga menyangka ternyata pasar sangat antusias. Saya sudah rutin mengirim kopi ke Jakarta, Pekanbaru, Bekasi dan Bandung. 
Dan ternyata ngopi, mengenal tentang kopi dan mengenal penikmat kopi itu asyik", cerita Attila lebih serius

Selain menanam kopi dan produksi kopi merek Pak Datuak, kini Attila juga membuat tempat edukasi dan nongkrong yang diberi nama Teras Kopi Pak Datuak di Solok Selatan. "Dari sekarang saya benar-benar jatuh cinta dengan kopi, walau telat jatuh cintanya. Sehari saja tidak minum dan mencium kopi saya bisa semaput sehingga Pomade dan parfum saya juga beraroma Kopi", kenangnya sambil mengatakan bahwa dirinya mempunyai motto "Kopi dalam cangkir boleh habis tapi perbincangan kita tentang kopi dan cinta tidak akan pernah usai".

"Kini, sudah 4 kelompoktani yang dibinanya dan 7 pelaku usaha juga sudah mengeluarkan produk dengan merek sendiri. Sampai saat ini tercatat ada 5 pelaku usaha prosesor kopi (mengolah kopi menjadi Green Bean), 3 roaster (mengolah Green Bean menjadi Roasted Bean). 26 Mei 2018 kami juga membentuk Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat yang didalamnya bergabung petani, prosesor, roaster, pemiliki kedai kopi dan penikmat kopi serta akademisi. Pada saat ini saya diberi amanah sebagai Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat", ujar Attila. SY