Petani Kakao Perlu Pendampingan Penyuluh

udin abay | Rabu, 20 Juli 2016 , 22:15:00 WIB

Swadayaonline.com - Trend menurunnya produksi kakao Indonesia dalam dekade terakhir ini karena menurunnya kesuburan tanah dan penggunaan pupuk yang kurang baik. Banyaknya biji kakao yang dipanen beberapa tahun lalu, menyebabkan nutrisi pada tanah mengalami penurunan kesuburannya. Hal tersebut diungkapkan pada acara seminar dan lokakarya nasional “tata kelola berkelanjutan kesuburan tanah dan pupuk untuk kakao indonesia” di ruang auditorium Kementerian Pertanian. (20/7/2016).

Tidak ada pemupukan dan praktek pengolahan nutrisi yang tepat, menjadi masalah komplek dilapangan termasuk keterbatasan pengetahuan petani tentang pemupukan. Kurangnya akses pupuk dan masih rendahnya komitmen petani untuk meningkatkan produksi, perlu diberikan solusi komprehensif dari stakeholder. Maka untuk menggiatkan petani agar ada pemahaman pemupukan yang baik, ketersediaan dan keterjangkauan pupuk.

“Perlu ada perbaikan tanah dengan penggunaan pupuk yang sesuai dengan unsur hara yang spesisifik lokasi bahkan iklimnya, mengembangkan rekomendasi sesuai program pemerintah, menyusun rencana stakeholder tetang rencana multi pupuk dari berbagai pihak. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kembali semangat petani untuk meningkatkan produksinya,” ujar Dirjen Perkebunan, Gamal Nasir saat membuka acara seminar tersebut.

Gamal menambahkan, pengoptimalan tata kelola kesuburan tanah dan pupuk untuk kakao ini harus dibenahi, karena kelihatannya dilapangan di sentra kakao, penggunaan pupuk dan tata cara untuk menaburkan pupuk juga perlu diajari. Banyak hal dilapangan yang belum sesuai dengan tata kelola untuk menyuburkan tanah. Perlu penyuluh untuk pendampingan di areal kakao. Karena saat ini bantuan yang diberi pemerintah untuk pengembangannya juga percuma, karena setelah setahun biasanya petani akan meninggalkannya karena kurangnyan pendampingan.

“Kita harus turunkan penyuluh yang ahli pupuk dan kakao untuk membantu 1,6 juta keluarga petani. Karena banyak hal ditemukan dilapangan pupuk yang taburkan tidak sesuai dengan spesifikasi tanah yang ada, penggunaan MPKnya hanya hanya berapa persen saja sehingga hasilnya tidak maksimal. Harusnya berapa spesifikasi dosis pupuk yang harus diberikan harus sesuai tanah didaerahnya, dan kedepan harus dibenahi lagi kajiannya,” tegas Ditjenbun.

Saat ini dproduksi kakao Indonesia masih nomor tiga terbesar dunia, namun Jokowi dan JK menginginkan agar Indonesia menjadi penghasil kakao nomor satu di dunia. Untuk itu perlu ditata kelola kembali semua hal untuk meningkatkan produksi termasuk serangan hama yang menyebabkan turunnya produksi. “Karena kalau lahan kakao bisa bersih sama sekali dan petani sadar kakao harus dirawat, maka produksinya akan kembali meningkat,” ungkap Gamal. SY