Regenerasi Petani, Indonesia dan Jepang Bentuk Program Magang

udin abay | Senin, 02 April 2018 , 10:28:00 WIB

Swadayaonline.com - Guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan mental petani muda dalam mengelola serta mengembangkan usaha pertanian, maka Kementerian Pertanian melalu Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) kembali melanjutkan kerjasama dengan pemerintah Jepang dalam bentuk kegiatan Magang Jepang.

Sampai dengan saat ini berdasarkan data yang dihimpun dari Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), kerjasama yang dituangkan kedalam Nota Kesepakatan Bersama (MoU) dengan Asosiasi Petani Jepang (JAEC) sudah menghasilkan lulusan petani magang Jepang sebanyak 1.278 orang.
Setelah melalui rangkaian seleksi baik di daerah dan pusat tersaring 47 orang peserta yang merupakan petani muda yang berasal dari provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Dan sebelum memasuki program magang di Jepang, para peserta di asramakan terlebih dahulu di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi untuk ditempa kesiapannya sebagai peserta magang selama ± 14 hari dari tanggal 28 Maret sampai 10 April 2018. Selama di PPMKP, para peserta akan dibekali materi sebanyak 112 jam pelajaran yang akan disampaikan oleh pejabat Struktural dan praktisi yang kompeten dibidangnya antara lain, Pusat Pelatihan Pertanian, Widyaiswara PPMKP, Sensei Alumni IKAMAJA, Praktisi Bahasa dan Budaya Jepang, dan institusi terkait lainnya.

“Program magang Jepang ini sangat penting khususnya bagi program regenerasi pertanian, diharapkan para peserta magang memiliki niat untuk maju, mandiri, dan berpikir apa yang harus dikerjakan seusai magang nanti” ujar Kepala Puslatan, Widi Hardjono, saat membuka Diklat Pemantapan Magang Jepang di PPMKP Ciawi, Kamis (29/3).

Widi menambahkan, para peserta diharapkan jangan mudah mengeluh, jadikan sesuatu menjadi tantangan bahwa kalian bisa melakukannya. Banyak yang bisa ditiru atau dicontoh dari para petani Jepang. Salah satu bentuk inovasi yang bisa diambil dari para petani jepang adalah cara menanam tomat yang penyerbukannya menggunakan lebah dan hasilnya tomat terasa manis. Oleh karena itu, lanjut Widi, peserta harus melihat jeli bagaimana para petani jepang berusaha.
“Membangun networking, mendokumentasikan kegiatan sehari-hari selama di Jepang dalam bentuk catatan, foto dan video merupakan salah satu bekal yang akan bermanfaat ketika kembali ke tanah air,” ucapnya.

Peserta magang Jepang yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Wahyu Indra mengatakan bahwa dia termotivasi untuk menambah wawasan, jaringan, ilmu dan pengalaman di negara Jepang. Dan berharap seusai magang bisa mengembangkan pertanian, khususnya dibidang peternakan sapi dan domba.

“Saya termotivasi untuk menambah wawasan di bidang pertanian dan juga untuk menambah relasi, karena di program ini diikuti oleh banyak sekali petani muda dari seluruh indonesia. Dengan masing-masing pengalaman usaha taninya, dan diharapkan bisa mempermudah usaha saya dalam mengembangkan pertanian” tambah Istirahayu.

Peserta magang dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu menuturkan, ingin mengembangkan pertanian dimulai dari peternakan sapi, membuat sistem pertanian terpadu dengan konsep Zero Waste tidak ada limbah yang terbuang.
Alumni magang Jepang angkatan XV yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara, Muchlis Musiran, mengatakan bahwa merupakan hal yang baik ketika kita menjadi pemuda tani dan berkesempatan untuk mengambil ilmu di negeri jepang dalam bentuk kegiatan magang jepang.

“Usai magang maka akan terbentuk kemandirian dan improvisasi untuk kehidupan atau tidak bergantung kepada orang lain. Bahkan bisa menciptakan bagaimana kita bisa membantu orang lain terutama dibidang pertanian,” tambah alumni magang Jepang tahun 1998-1999 dalam program Kumamoto bidang tanaman buah jeruk.

“Para peserta magang harus senantiasa bersemangat, dan jangan sampai lupa beribadah, karena hal ini merupakan salah satu rasa syukur nikmat kita, karena semakin banyak bersyukur maka semakin banyak nikmat yang didapat,” pesan Widi Hardjono

Selesai pemantapan, sebanyak 24 orang akan ditempatkan di IAEA Gunma selama 2 sampai 3 tahun, 18 orang di JAEC Tokyo selama 1 tahun, dan 8 bulan untuk 5 orang peserta yang ditempatkan di NAEC Niigata. SY/HMSS