Dirikan The WG Garden, Petani Milenial Asal Bone Sukses Kembangkan Florikultura

udin abay | Sabtu, 08 Januari 2022 , 11:45:00 WIB

Swadayaonline.com - Tak hanya indah untuk dilihat, tanaman hias atau florikultura ternyata menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk digeluti. Banyaknya florikultura yang diimpor menunjukkan cukup tingginya permintaan akan florikultura.

Untuk itu, Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian (Kementan), terus mendorong inovasi teknologi tanaman hias dari para pembudidaya. Berbagai varietas unggul tanaman hias yang dihasilkan melalui penelitian sekaligus akan memberi dampak luas bagi kesejahteraan masyarakat.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pihaknya terus melakukan terobosan salah satunya dengan ekspose inovasi tanaman hias yang memiliki potensi tinggi dapat tumbuh di alam Indonesia, baik dataran tinggi maupun rendah.

Saat ini, Indonesia memiliki berbagai varietas khas tanaman hias yang sangat dibutuhkan bahkan diminati hampir seluruh negara di dunia seperti Jepang, Asia, Saudi Arabia, Arab, Inggris, Eropa maupun di Amerika Serikat.

“Pengembangan tanaman hias sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas unggulan sebagai sumber devisa. Di antara tanaman hortikultura yang dikembangkan secara komersial di Indonesia, tanaman florikultura memiliki potensi ekspor yang sangat tinggi. Pada saat ini preferensi pasar internasional mulai berubah ke arah tanaman hias tropis," katanya.

“Hal ini memberi peluang bagi para pengusaha di dalam negeri mengingat potensi pengembangan tanaman hias tropis di Indonesia sangat tinggi karena Indonesia memiliki kekayaan genetik florikultura yang terbesar di dunia," sambung Mentan SYL.

Salah seorang petani sekaligus pengusaha tanaman hias yang tak menyiakan peluang besar ini adalah Andi Aswan. Pemuda asal Kelurahan Tanete, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini telah menggeluti tanaman hias sejak bangku kuliah. Millenial kelahiran tahun 1998 ini telah menyelesaikan pendidikan sarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan (STKIP) Bone Program Studi (Prodi) Biologi tahun 2021.

“Saya memilih menggeluti dunia pertanian karena saya merasa pertanian memiliki masa depan yang cerah dan menjanjikan. Pertanian bagi saya adalah sektor unggulan untuk memajukan perekonomian daerah. Salah satunya sektor yang sangat menjanjikan adalah florikultura. Atau akrab kita sebut tanaman hias, ” ungkap Andi.

Selain hobi, Andi mengawali usaha ini dikarenakan adanya dorongan untuk bergerak dan memanfaatkan peluang yang ada. Walau masih terhitung baru, sejak Maret 2020 Andi mendirikan usaha dengan nama The WG Garden.

Ketika ditanya alasannya menggunakan The WG Garden, Andi mengjelaskan bahwa WG adalah singkatan dari Wheat Grass.

“Wheat Grass itu sejenis gandum yang dapat dikonsumsi daunnya. Proses tumbuh cepat dan dapat dipanen berkali-kali, sifatnya yang demikian merupakan harapan untuk usaha kami supaya dapat tumbuh cepat dan bermanfaat walaupun banyak rintangan dalam perjalanannya. Alhamdulillah berkat dari perjuangan dan doa serta dukungan pihak-pihak khususnya keluarga, Dinas Pertanian dan kawan-kawan pegiat pertanian menjadi motor penyemangat untuk usaha kami,” tegas Andi optimis.

Berkembangnya bisnis florikultura Aswan tak terlepas dari peran program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) yang merupakan kerjasama antara Kementan dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

Usaha yang ia tekuni kini menuai hasil, tanamannya laku terjual ke seluruh Indonesia. Melalui bantuan dana hibah kompetitif, Andi bertekad untuk meningkatkan kapasitas usahanya.

“Program YESS bagi saya merupakan gebrakan yang memberikan napas kepada para petani milenial yang mungkin diawalnya ragu untuk bertani. Kini dengan semangat dan percaya diri para petani milenial dapat membuktikan bahwa petani bukan profesi yang hebat dan menjanjikan. Melalui program YESS kami dilatih bagaimana cara mengelola usaha pertanian baik dari sisi hulu hingga hilir. Alhamdulillah kini saya telah memasarkan berbagai jenis tanaman hias baik di pasar dalam negerimelalui market place serta platform media sosial instagram @wg.garden. Untuk pasar mancanegara sudah banyak permintaan dan kami sedang menjajaki prosedurnya,” tambah Aswan.

Tentunya tak ada usaha yang berjalan mulus tanpa tantangan. Adanya anggapan bahwa mengurus tanaman hias identik dengan pekerjaan wanita pun berhasil ia abaikan demi meraih keberhasilan.

Kini Aswan telah berhasil mengembangkan budidaya tanaman hias seperti Aglonema, Colocasia, Alocasia, Anthurium, Cyrtosperma, Monstera, Rhaphidophora, Epipremnum, Caladium dan masih banyak jenis lainnya dengan memanfaatkan halaman rumahnya sebagai lokasi budidaya.

Kini Aswan mampu mengantongi jutaan rupiah setiap bulannya, bahkan salah satu tanaman hias miliknya Alocasia suhirmaniana varigata laku dengan harga tertinggi Rp 6,5 juta. Ia pun tak lantas puas, terus mengembangkan usahanya menjadi target utamanya selain terus mengajak pemuda lainnya untuk bersama membangun sektor pertanian.

Keberhasilan Andi Aswan senada menjadi gambaran kesuksesan generasi milenial dalam sektor pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi bahwa generasi milenial menjadi bonus demografi Indonesia yang harus terus diberdayakan, salah satunya di sektor pertanian.

“Kementan mendorong dan mendukung lahirnya petani serta wirausaha pertanian milenial untuk menjadi motor penggerak pembangunan pertanian di berbagai daerah. Kini telah banyak lahir petani serta wirausaha pertanian milenial dengan bidang usaha pertanian yang bervariasi. Seperti misalnya budidaya hortikultura, tanaman pangan, ternak, pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan jasa alat mesin pertanian hingga agroeduwisata. Petani milenial harus jeli melihat peluang dan mengembangkannya sesuai karakter dan potensi daerahnya masing-masing,” pesan Dedi. ​SY/NL