Kampanye Musim Tanam II, Petani Cawas Siap Sukseskan OPIP/ IP 400

udin abay | Selasa, 26 April 2022 , 15:41:00 WIB

Swadayaonline.com - Berbudidaya padi, jagung, dan kedelai telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan. Dari sisi ketahanan pangan nasional kegiatan berusahatani tersebut sangat strategis dan penting untuk terjaminnya pangan. Tetapi, ketersediaan pangan pada 20 tahun kedepan harus lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 lalu kebutuhan beras sudah mencapai 35,97 juta ton dengan asumsi konsumsi 137 kg/kapita. Kebutuhan tersebut harus dipenuhi, mengingat beras merupakan makanan pokok bagi 95% rakyat Indonesia. (Sumber: Badan Litbang Pertanian).

Kementerian Pertanian terus melakukan strategi pemenuhan kebutuhan pangan, salah satunya dengan menggenjot program prioritas yakni Optimalisasi Peningkatan Indeks Petanaman atau yang lebih di kenal OPIP. Saat ini indeks pertanaman padi 400 atau IP Padi 400 menjadi pilihan yang menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan karena lahan baru. OPIP/IP 400 artinya petani menanam dan memanen padi empat kali dalam setahun pada hamparan lahan yang sama.

Program IP Padi 400 merupakan bagian penting untuk mencapai swasembada beras lestari dan menciptakan ekspor di tahun 2020, maka dari itu program ini harus terus diterapkan dan ditingkatkan dalam aplikasinya.  Kunci keberhasilan ada di air, mekanisasi dan penggunaan benih umur genjah dan super genjah dengan persemaian di luar (sistem culik, dapog, tray). Dengan teknik semai benih diluar areal tanam berumur 15 sampai 25 HSS dan langsung ditanam, berarti waktu panen lebih cepat dihitung dari hari setelah tanam (HST).

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, telah mencanangkan program IP 400 untuk mendongkrak produksi padi. Klaten menargetkan 10.000 hektare lahan untuk program IP 400. Pencanangan dilakukan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, pada (11/1/2022) lalu.

Koordinator Penyuluh Kecamatan Cawas, Tut Wuri Handayani, mengungkapkan bahwa Kecamatan Cawas termasuk salah satu lokasi pengembangan padi program OPIP/  IP 400 seluas 450 ha yang tersebar di 8 desa yang berpotensi lahan sawah irigasi  dan tersedia air yang cukup sehingga bisa menanam terus menerus selama setahun tanpa jeda.

“Desa yang berpotensi diantaranya Desa Bogor, Desa Tlingsing, Desa japanan, Desa Tirtomarto, Desa Baran, Desa Plosowangi, Desa Cawas, dan Desa Bawak. Program ini sudah disosialisasikan di delapan desa yang terdaftar di tingkat BPP  bersama Camat Cawas, Moh. Prihadi, pada 25/02/2022 lalu,”ujat Tut Wuri.

Prihadi mengatakan, “Saya sangat mendukung dan mensupport desa yang mendapatkan program IP PAdi 400 dan menghimbau agar betul-betul dikawal semaksimal mungkin serta selalu dikomunikasikan ke penyuluh selaku petugas pendamping terkait kendala di lapangan,”kata Prihadi.  

Dalam kesempatan yang sama  Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Widiyanti,  yang juga menyampaikan dukungan sepenuhnya terkait program IP 400 tersebut.

“Dalam pelaksanaan program OPIP IP 400  terdapat 4 faktor kunci sebagai pendukung yaitu  penggunaan benih varietas padi umur sangat genjah (90-104 hari), pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional, pengelolaan hara secara terpadu dan spesifik lokasi serta manajemen tanam dan panen yang efisien.

Saat ini Kecamatan Cawas sebagian wilayahnya sudah panen raya musim tanam pertama dan sebagian wilayah sudah mengejar dengan kegiatan tanam padi. Dan sampai saat ini  indeks pertanaman (IP) di Kecamatan Cawas sekitar 1,63 karena menggunakan benih varietas padi umur sedang (lebih dari 125 hari) atau umur genjah (105- 124 hari), serta persemaian yang dibuat di areal tanam.

Oleh karena itu, lahan disiapkan dengan cara olah tanah minimal sebelum bibit ditanampindahkan. Jeda waktu dari panen ke tanam hanya 5 sampai 10 hari sehingga perlu mekanisasi demi percepatan tanam dengan menggunakan traktor serta kecepatan panen menggunakan combine harvester serta penyiapan lahan yang diberi bahan dekomposer jerami dan singgang. Disamping itu, pendampingan penyuluh serta dukungan semua pihak diharapkan  target program OPIP bisa berjalan sesuai harapan dan sukses.

Secara terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, “Penyuluh harus turun ke lapangan, ke sawah, ladang untuk mendampingi petani untuk menggenjot produksi. Yang tak kalah penting adalah SDM pertanian, jadi pengungkit produktivitas dan pengungkit produksi itu adalah inovasi teknologi,”ujar Dedi Nursyamsi. SY/TWH/YNI