Kenalkan dan Kembangkan Penganekaragaman Pangan Lokal, NFA Bagikan 2000 Nasi Sorgum di GBK

udin abay | Minggu, 04 Desember 2022 , 12:38:00 WIB

Swadayaonline.com - Untuk meningkatkan penganekaragaman pangan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Kantor Staf Presiden, Koperasi Sorghum Nusantara Jaya dan Indonesian Chef Association melakukan sosialisasi pangan lokal dengan membagikan 2000 pack nasi berbahan sorgum gratis kepada masyarakat di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. (4/12) Kegiatan tersebut rencananya digelar selama tiga hari yaitu hari Minggu di GBK Senin di Stasiun Gambir dan Selasa di Stasiun Manggarai

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, mengatakan, sosialisasi ini bertujuan untuk membangun ketertarikan, kepedulian, dan pengetahuan masyarakat terhadap potensi sorgum sebagai pengganti nasi yang juga bisa dioptimalkan sebagai substitusi tepung gandum (terigu). "Sorgum ini tanaman padi-padian yang bisa panen tiga kali dalam setahun dan tidak memerlukan air yang banyak, jadi sangat cocok di tanam di lahan kering. Selain itu banyak kandungan gizinya, seperti protein dan vitamin C yang tinggi, rendah gula, sehingga mengenyangkan dan menyehatkan serta cocok untuk diet", ujarnya.

Arief menambahkan, komoditas sorgum kini sudah mulai banyak dikembangkan seperti NTT, Jabar, Sulawesi. dan Jateng. Menurutnya, Presiden sudah menginstruksikan lembaga dan kementerian terkait untuk mengembangkannya terutama di lahan yang tidak produktif. "Sebenarnya tanaman ini sejak lama sudah ada, tapi tidak setenar padi. Untuk itu, pengembangannya juga kita dekatkan sampai hilirisasinya termasuk off takernya. Dengan begitu ekosistem sorgum akan semakin kuat, ditopang pangsa pasar dan aktivitas hilirisasi yang semakin meningkat. Dengan pasar yang tersedia diharapkan para petani semakin bersemangat menanam sorgum dan produksi sorgum nasional terus tumbuh,” ungkapnya.

"Kita punya pengaenekaragaman konsumsi pangan dan kita harus siap dengan alternatif pangan lokal, sehingga bila terjadi kekurangan bahan pangan lain, sorgum bisa menjadi alternatif. Selain itu, pengembangan sorgum juga untuk mengurangi impor gandum. Jadi, selama apa yang bisa kita produksi sendiri, maka kita produksi senditi untuk mengurangi impot seperri pada kedelai", tegas Arief.

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan, kurang berkembangkan sorgum karena belum adanya ekosistem. Dengan terbangunnya ekosistem, maka keberadaan sorgum akan semakin kuat. Menurutnya, sorgum dapat dijadikan pangan alternatif untuk mengantisipasi anomali cuaca yang mengakibatkan kekeringan, mengingat sumber pangan ini memiliki kelebihan dapat tumbuh di lahan yang kering dengan kadar air yang minim. “Apabila fenomena el nino atau musim kering datang bisa mengakibatkan krisis pangan, maka untuk mengantisipasi jauh-jauh hari kita sudah mengenalkan sorgum sebagai alternatif, karena sorgum itu tidak perlu banyak air dalam proses tanamnya,” ujarnya.

Ia meyakinkan, masyarakat tidak perlu ragu menanam sorgum karena selain untuk pangan, sorgum bisa dimanfatkan sumber energi dan pakan. Saat ini pihaknya tengah membangun ekosistem sorgum secara bertahap, dengan menyiapkan offtaker, industri, budidaya, dan riset tentang sorgum. “Masyarakat jangan khawatir menanam sorgum karena offtaker sudah disiapkan baik untuk pangan maupun pakan. Mulai sekarang kita juga sudah berkolaborasi dengan BRIN untuk mengembangkan riset benih sorgum yang terbaik,” jelasnya.

Menurut Moeldoko, tahun ini pemerintah tengah mendorong perluasan tanaman sorgum dan akan terus meningkat secara bertahap. "Karena ini membangun ekosistem maka prosesnya tidak bisa sekaligus, namun perluasannya akan terus bertambah karena sorgum ini dapat di tanam di derah-daerah marginal, daerah marginal kita cukup banyak,” ungkapnya. SY