Petani Milenial Kopi Beromzet Puluhan Juta Ditengah Wabah Covid-19

udin abay | Rabu, 29 April 2020 , 17:28:00 WIB

Swadayaonline.com - Menteri Pertanian  Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan menyampaikan  tiga program strategi untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani yakni meningkatkan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan yang ketiga yaitu Gerakan Tiga kali Ekspor (Gratieks). 

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi juga menegaskan untuk mendukung program Strategis Kementerian Pertanian. “Para petani harus terus didorong agar dapat melakukan hilirisasi kegiatan usaha taninya baik secara on-farm maupun off-farm terutama pengelolaan pasca panen,” ujar Dedi.     

Seiring dengan arahan Menteri Pertanian dan Kepala BPPSDMP, Kabupaten Malang memiliki produk unggulan lokal yang berkualitas yaitu kopi. Beberapa wilayah yang menjadi sentra produksi diantaranya ialah Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Dampit, dan Kecamatan Wonosari (Gunung Kawi). Desa Sumberdem tepatnya di wilayah Kecamatan Wonosari merupakan salah satu sentra produksi kopi, saat ini telah menyumbang 250 ton/tahun produksi kopi dengan luas area perkebunan sekitar 340 hektar. 

Salah satu petani kopi, yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Makmur, Dwiyanto, menuturkan strategi bagaimana dapat bertahan di masa pandemi Covid-19. Pada tahun 2018 perkebunannya menghasilkan kopi kering sebanyak 2,3 ton/tahun dan pada tahun 2019 menghasilkan 2,1 ton/tahun kopi kering dengan luasan sekitar 2 ha. Hasil kopi tersebut rata-rata 60% dijual dalam bentuk kopi bubuk di tahun 2018 dan meningkat menjadi 70% di tahun 2019, dengan omset yang mencapai 61,5 juta dengan cara pemasaran konvensional. 

Saat wabah Covid-19 saat ini, petani semakin dituntut lebih inovatif dan kreatif dalam berkarya, salah satunya dengan membuat produk fermentasi kopi dalam bentuk cair. Berangkat dari beberapa literatur tentang manfaat kopi sebagai salah satu suplemen kesehatan, Dwiyanto memanfaatkan produk fermentasi kopi cair tersebut. Awalnya hanya untuk dikonsumsi kalangan sendiri, yakni orang tua dan sanak keluarga di lingkungan rumah. Seiring dengan banyaknya testimoni tentang manfaat produk fermentasi kopi cair tersebut, saat ini, penikmat fermentasi kopi cair sudah meluas hingga keluar kota, bahkan pemesanan melalui media sosial bisa tembus sampai pulau Kalimantan.

Banyaknya manfaat terkait gangguan lambung, kolesterol, asam urat, prostat, dan flu dari kopi fermentasi semakin memberikan ruang pemasaran yang menjanjikan. Ditengarai, dengan mengkonsumsi formula kopi cair beberapa konsumen menyampaikan adanya peningkatan stamina dan berkurangnya obesitas pada beberapa kasus. Dengan metode penjualan yang tidak hanya mengandalkan sistem konvensional, dalam tiga bulan di awal tahun 2020, peningkatan omset naik berkisar 23,5 % dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019, hingga mencapai 80 juta per bulan. 

“Saya akan terus meningkatkan kualitas fermentasi kopi cair buatan saya, agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat dalam skala yang lebih luas dan dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan Petani Kopi Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang”, tekad Dwiyanto sebagai formulator Kopi Kawi sekaligus sang petani milenial. SY/RKN/YNI