Efektifkah Penggunaan Jaring Burung Dalam Menekan Kehilangan Hasil

udin abay | Sabtu, 23 Mei 2020 , 21:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Burung pipit (Lanchuraleucogastra) merupakan salah satu hama yang dapat menurunkan hasil produksi padi di sawah. Tak tangung-tangung, kehilangan hasil dapat mencapai 80% jika burung pipit tidak dikendalikan di areal pertanaman padi sawah di Kelurahan Parangloe karena jumlahnya sangat banyak mencapai ribua nekor. Dengan semangat yang membara, para petani mencari jalan keluar dalam membasmi burung pipit agar padi dapat dipanen dengan hasil yang melimpah. Agar dapat membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas stok pangan nasional. 

Hal ini sejalan yang telah disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa “Adanya musibah wabah Covid-19 ini tidak boleh membuat aktivitas pertanian berhenti. Kementan akan terus optimalkan SDM Pertanian untuk menggenjot produksi dan produktivitas bahkan ekspor”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi yang meminta kepada para Penyuluh Pertanian untuk tetap bekerja mendampingi para petani. “Penyuluh Pertanian harus aktif dan produktif mendampingi petani agar proses budidaya di lahan sampai masa panen berjalan dengan baik. Jangan sampai ada komoditas pangan yang tertahan,” jelas Dedi.

Sesuai arahan diatas, hambatan dalam menanam padi tidak menyurutkan para petani. Berbagai cara pengendalian diusahakan demi terwujudnya panen raya. Namun hal yang terpenting adalah mengenali gejala hama padi terlebih dahulu, khususnya burung pipit.Hal ini dituturkan oleh Ketua Kelompok Tani Cisadani, Sangkala, bahwa serangan burung pada tanaman padi dimulai pada masa pengisian malai. Hama burung menjadi hama utama di pertanaman padi di kelurahan Parangloe mengalahkan hama tikus. Jika pengendalian tidak dilakukan mulai masa pengisian malai, maka dapat menghabiskan buah padi.
Banyak hal yang telah dilakukan oleh petani dalam mengendalikan hama burung pipit. Yakni dapat dilakukan secara mekanik, biologis dan kimia. Tetapi, pada umumnya petani di Kelurahan Parangloe melakukan pengendalian dengan cara mekanik yaitu pemasangan orang-orangan di sekitar pertanaman padi sawah, pemasangan kincir angin yang dilengkapi kaleng–kaleng sebagai sumber bunyi, penggunaan tali yang diikat secara horizontal di seluruh penjuru sawah yang dilengkapi dengan kain percah atau lembaran-lembaran plastik. 

Namun, pengendalian dengan menggunakan/pemasangan  orang-orangan di persawahan kurang efektif dan sangat menyita waktu. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Gapoktan Bersatu, Patahuddin yang ditemui oleh Andi Kahfianiselaku penyuluh pertanian saat panen padi. Pengendalian burung pada padi sawah di Kelurahan Parangloe dilakukan pada masa pengisian malai.

Pemasangan orang-orangan di pematang sawah dan penjagaan dimulai dari jam 6.30 sampai  jam 18.00. Jika tidak dijaga, maka buah padi akan dihabiskan oleh burung. Penjagaan yang dilakukan sangat menyita waktu para petani, karena harus berada di sawah sepanjang hari. Namun, hal ini kurang maksimal menekan kehilangan hasil panen.

Upaya lain dilakukan dengan pemasangan jaring diatas pertanaman padi sawah. Upaya ini memberikan hasil yang sangat signifikan. Penggunaan jarring untuk mengendalikan burung dilakukan dengan cara pemasangan jaring diatas areal persawahan.  Dengan pemasangan jarring  ini, kerugian yang dialami akibat serangan hama burung pipit dapat ditekan,  panen dapat memberikan hasil yang maksimal. Kelebihan lainnya adalah para petani dapat meninggalkan sawah lebih cepat, sehingga mereka dapat beraktivitas di tambakmereka.  Disisi lain, penggunaan jarring dapat menekan sewa jaga hama burung pipit, yakni sebesar Rp.80.000,-/hari/orang selama satu bulan. Hasilnya adalah produksinya meningkat sebanyak 30% setelah menggunakan jaring, hal ini dibuktikan oleh Kelompok Tani Celebes. SY/AND/RVN