Produktivitas dan Kualitas Jeruk Indonesia Perlu Ditingkatkan

udin abay | Rabu, 01 Juli 2020 , 17:17:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia memiliki berbagai macam jenis jeruk yang berpotensi untuk terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar global. Jeruk Indonesia masuk dalam jenis mandarin, tangerine dan clementine yang menempati posisi ketiga produsen jeruk dunia.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Dr Fadjry Djufry mengungkapkan saat ini total area jeruk di Indonesia lebih dari 57 ribu hektare (ha) dengan produksi 2,5 juta ton. Indonesia masih kekurangan sekitar 4 ribu hektare untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Untuk itu perlu didorong peningkatan luas lahan dan produktivitas jeruk di Indonesia.

“Jeruk di Indonesia cukup bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lain misalnya jeruk siam, keprok, mandarin, dan lain-lain. Potensinya sangat besar dari segi cita rasa dan kualitas, namun penampilan jeruk masih perlu ditingkatkan,” ujar Fadjry saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar #4: Tren Jeruk Dunia dan Posisi Indonesia di Pasar Internasional pada Rabu (1/7/2020).

Hampir semua jeruk impor yang masuk ke Indonesia, lanjutnya, penampilannya memikat hati. Untuk itu, petani jeruk di Indonesia harus didorong untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dari jeruk yang ada. Dengan teknologi degreening, misalnya, kita bisa meningkatkan warna dari jeruk yang ada di Indonesia.

“Saya yakin ke depan, dengan sinergitas dan kerjasama kita bisa dorong untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jeruk Indonesia paling tidak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian kita ekspor,” paparnya.

Lebih lanjut Fadjry memaparkan pandemi Covid-19 membuat ekonomi Indonesia mengalami tekanan. Nilai ekspor mengalami penurunan dan ini terjadi hampir di seluruh sektor kecuali pertanian. Di saat sektor lain mengalami pertumbuhan negatif, sektor pertanian satu-satunya yang mengalami pertumbuhan positif. Selama Januari-Mei 2020 pertumbuhannya cukup mengembirakan sebesar 5,63%, disebabkan meningkatnya ekspor buah-buahan tahunan.

Di tengah pandemi Covid-19, kebutuhan nutrisi dunia akan buah semakin meningkat. Tren konsumsi buah jeruk di Indonesia juga semakin meningkat, naik enam kali lipat sejak 1995. Saat ini, berada di angka 4 kg/perkapita. Menurut Fadjry, kondisi ini menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan pengusaha jeruk di Indonesia.

Untuk bisa menembus pasar global, Fadjry menekankan pentingnya kontinuitas produksi jeruk. Indonesia memiliki rentang iklim yang sangat bervariasi dari sabang sampai merauke yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur pembuahan sepanjang tahun.

“Balitjestro sudah punya teknologi yang bisa mendorong produktivitas jeruk termasuk mengatur pembuahan sepanjang tahun dengan teknologi Bujangseta. Dengan sentuhan teknologi, jeruk-jeruk kita bisa masuk ke beberapa pasar global,” paparnya.

Fadjry juga menekankan bahwa negara tujuan ekspor menghendaki buah-buahan yang bebas hama penyakit. Untuk mengatasi kendala tersebut, kita harus mendorong pelaku usaha agar jeruk-jeruk yang akan diekspor sudah memenuhi standar kualifikasi yang diinginkan negara-negara tujuan. “Balitbangtan siap membantu mendorong jeruk kita bisa masuk ke pasar ekspor,” tuturnya.

Saat ini Indonesia telah melakukan ekspor jeruk, namun jumlahnya belum signifikan, yaitu hanya 1.752 ton. Di sisi lain, produksi yang melimpah dan harga yang jatuh di petani ketika panen raya. Untuk itu perlu mencari strategi membuka pasar baru, ekspor adalah salah satu solusinya.

“Industri-industri yang ada di sentra jeruk juga perlu ditumbuhkan sehingga pada kondisi jeruk melimpah, melalui teknologi pascapanen dan pengolahan jeruk bisa lebih lama bertahan dan bisa diolah menjadi beberapa produk olahan,” tutur Fadjry.

Kegiatan Webinar #4 ini merupakan rangkaian BITE (Balitjestro Innovation Technology Expo) 2020 yang digelar oleh Balitbangtan melalui Balai Penelitian Jeruk dan Buah Sub Tropika (Balitjestro). Webinar ini, menghadirkan pembicara yaitu Sri Nuryanti (Atase Pertanian KBRI Tokyo, Jepang), Wahida Maghriby (Atase Pertanian KBRI Brussel, Belgia), dan Hari Edi Soekirno (Atase Pertanian KBRI Washington DC, Amerika ). Tiga Atase Pertanian ini memberikan paparan mengenai perkembangan tren buah jeruk dan buah umumnya, bagaimana daya saing yang terjadi di berbagai negara.

Webinar juga menghadirkan Margareta Astaman, CEO PT Nusantara Segar Global yang berbagi pengalaman dalam menangani ekspor berbagai komoditas buah-buahan Indonesia. Salah satunya jeruk purut yang bisa menembus pasar eropa. SY/HMSL