Sukses Bertani Hidroponik, Poktan Suka Karya Tangkap Peluang Olahan Sambal

udin abay | Selasa, 04 Agustus 2020 , 11:24:00 WIB

Swadayaonline.com - “Saat makan rasanya kurang lengkap kalau tidak ditambah beberapa sendok sambal”. Mungkin untuk sebagian orang, sambal menjadi pelengkap yang wajib ada setiap kali makan. Saat ini kita banyak temukan sambal-sambal dalam kemasan praktis yang siap untuk disantap. Peluang ini tidak disia-siakan oleh salah satu kelompok tani di Desa Sukowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang.

Memiliki usaha dan berkembang adalah impian setiap orang. Jika satu usaha sudah mapan tentu ada keinginan untuk mengembangkan usaha lain dan memiliki keterkaitan dengan usaha pertama. Gambaran ini dapat kita jumpai pada Poktan Suka Karya di Dengan motor penggeraknya adalah Mujani dan Junaidi, Poktan Suka Karya melihat komoditas cabai memiliki keunikan tersendiri. 

Mengawali usaha merintis usaha sayur hidroponik, Poktan Suka Karya di Kabupaten Malang mulai melakukan ekspansi usaha ke produk baru yaitu sambal. Hal ini diawali dengan hasil budidaya cabai yang harganya berpola dalam kurun waktu tertentu. Jika sedang beruntung, maka hasilnya bisa sangat memuaskan, namun pada kondisi  sebaliknya harga cabai bisa jatuh dan petani bisa rugi banyak. Untuk menyiasati kondisi harga jatuh, sebagian petani memilih strategi membuat olahan dengan bahan dasar cabai, salah satunya adalah sambal," beber Junaidi.

Apalagi untuk sebagian sambal mania, aneka variasi sambal diminati untuk meningkatkan gairah makan. Terlebih cabai dan aneka bahan lain untuk membuat sambal memiliki kandungan vitamin C cukup tinggi. Hal ini tentu dibutuhkan disaat pandemi covid-19, nikmat dikonsumsi dan bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh.

"Kita tanam cabai, mulai dari cabai merah kecil dan cabai merah keriting. Sedangkan dalam skala lebih luas, Kecamatan Kalipare, dibeberapa lokasi juga memiliki potensi cabai yang bisa ditanam sepanjang tahun. Saat harga cabai merah kecil Rp 5000 per kilo beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman memutuskan untuk membuat produk sambal," jelasnya.

Kini, sambal yang diberi nama Sambal Juna ini sudah sampai ke Hongkong. "Disana cukup banyak TKW (tenaga kerja wanita), yang asli dari Kecamatan Kalipare dan kabupaten Malang secara umum menjadi konsumen produk kita," tambahnya.

Penyuluh Pertanian Pendamping Desa Sukowilangun Kecamatan Kalipare, Sampuri, SP menambahkan pembuatan sambal menjadi langkah tepat untuk poktan mengembangkan diri menjadi skala komersial.

Apa yang sudah dirintis oleh Mujani, Junaidi dan Poktan Suka Karya di Desa Sukowilangun Kecamatan kalipare Kabupaten Malang adalah satu langkah konkrit untuk merespon dua situasi yang tidak mudah untuk dilalui, yaitu harga cabai yang jatuh beberapa waktu yang lalu dan kondisi pandemi covid-19 yang mengharuskan setiap orang untuk ekstra waspada.

Karenanya, upaya manajemen ’hulu-hilir’ komoditas cabai yang potensial diperlukan dengan membaca pasar di saat pandemi. Langkah ini juga mempertegas semangat untuk lebih menggunakan produk dalam sendiri, menggunakan produk lokal namun berkualitas serta menggunakan produk dari petani kita sendiri.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengapresiasi kinerja penyuluh dan petani yang telah mengembangkan peluang dari komoditas pertanian dengan menjadikannya pangan olehan. “ Kita harus menambah nilai dari komoditas pertanian salah satunya melalui proses pengolahan yang baik dan dilanjutkan dengan packaging yang menarik. Dengan demikian petani tidak hanya mengharapkan untung dari hasil panen segar saja dan secara tidak langsung petani dan penyuluh telah berhasil mengatasi naik turunnya harga komoditas di pasaran”, papar Dedi. SY/NL