Kementan Tingkatkan Produktivitas Lewat Pemupukan Berimbang

udin abay | Sabtu, 23 Januari 2021 , 11:41:00 WIB

Swadayaonline.com - Peningkatan produktivitas menjadi salah satu target yang akan direalisasikan Kementerian Pertanian. Untuk mendukung hal tersebut, Kementan akan mendorong penyuluh dan petani untuk menerapkan pemupukan berimbang. 

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pemupukan berimbang. 

"Sebab, penyuluh merupakan sahabat petani. Penyuluh pertanian harus tetap semangat mendampingi petani walaupun dalam masa pandemi Covid-19," katanya.

Mentan SYL juga mengimbau insan pertanian untuk tetap bekerja selama pandemi Covid-19, khususnya untuk mencegah terjadinya krisis pangan. 

“Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19, don’t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyak tidak boleh kekurangan pangan,” ungkapnya.

Hal senada juga dikemukan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, yang selalu memberikan motivasi kepada para Penyuluh untuk mendampingi masyarakat dalam memanfaatkan lahan pekarangan. 

Ia mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan dalam pemanfaatkan lahan pekarangan, salahsatunya dengan melakukan budidaya sayuran. 

"Manfaatkan semua limbah rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk organik. Kemudian, aplikasikan pada tanaman yang ada di pekarangan. Jika tidak memungkinkan melakukan budidaya dengan menanam secara langsung di media tanah, bisa juga dengan melakukan budidaya secara hidroponik," ujar Dedi.

Peningkatan produktivitas pertanaman baik pada lahan perkarangan rumah maupun pada lahan pertanian dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan Pemupukan berimbang, yaitu pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Tujuannya untuk mencapai hasil yang optimal. 

"Produksi tanaman dibatasi oleh ketersediaan hara dalam tanah yang paling minimum, jika hara yang kurang tergolong hara utama, maka produksi akan semakin rendah. Pemupukan yang dilakukan harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jenis/bentuk," katanya. 

Sementara Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Husnain, dalam kegiatan Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 02, Jumat (22/1/2021) secara virtual mengatakan tahapan uji tanah yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan hara, memilik metode ekstraksi dan menentukan kelas ketersediaan hara dan rekomendasi pemupukan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menghitung atau menentukan kapan pupuk diberikan.

"Karena jika kurang 2 atau 3 hari saja bisa mempengaruhi jumlah hasil dari panen yang akan datang. 5 ton jerami akan menghasilkan 30 kg unsur K dalam tanah. Maka lebih baik jika jerami dikembalikan ke tanah agar membantu untuk menambah unsur hara K di tanah," ujar Husnain.

Dijelaskannya, kendala implementasi pemupukan berimbang diantaranya petani kecil mengandalkan pupuk subsidi saja, padahal pupuk subsidi tidak memenuhi kebutuhan untuk menghasilkan produksi optimum.

"Kendala lainnya adalah tidak diterapkannya site spesifik lokasi rekomendasi pemupukan, juga kualitas pupuk subsidi dan non subsidi, dan usaha tani belum sepenuhnya berskala ekonomi," jelasnya.

Husnain menambahkan, tantangan pertanian ke depan yaitu degradasi dan penurunan produktivitas lahan, konversi dan fagmentasi lahan, kelangkaan/keterbatasan lahan subur, variabilitas dan perubahan iklim, terbatasnya infrastruktur. 

"Lahan di Jawa merupakan lahan yang paling subur dibandingkan dengan lahan di pulau yang lain. Diharapkan dengan adanya pemupukan berimbang dan hadirnya Inovasi teknologi pertanian melalui peningkatan produktivitas benih unggul bermutu, pemupukan berimbang ramah lingkungan, pengendalian OPT dan penanganan panen dan pasca panen, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dilahan pertanian," katanya. SY/CHA