Akselerasi Penerapan Teknologi Inovasi Largo Super di Lahan Sawit

udin abay | Jum'at, 16 November 2018 , 14:26:00 WIB

Swadayaonline.com - Berlokasi di lahan petani Nagari Koto Padang Kec. Koto Baru Kab. Dharmasraya dilaksanakan temu lapang budidaya padi Largo Super. Sistem  Larigo Super di Demfarm Dhamasraya ini sudah dilakukan sejak Mei 2017 dengan pendampingan teknologi spesifik lokasi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP Sumbar).

Budidaya padi largo super adalah paket inovasi teknologi pada lahan kering yang dilahirkan oleh Puslitbang Tanaman Pangan dan BB Padi, dua unit kerja lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Largo super merupakan cara tanam larikan legowo 2 : 1 atau dengan jarak tanam (20 cm x 10 cm) x 30 cm dengan menggunakan varietas unggul padi gogo potensi hasil tinggi semisal inpago, pemupukan anorganik dan organik menggunakan biodekomposer M-Dec dan pupuk hayati Agrimeth. Largo super juga mengaplikasikan penggunaan pupuk anorganik yang berimbang berdasarkan perangkat Uji Tanah untuk Lahan Kering (PUTK), serta mekanisasi penuh sejak pengolahan tanah, alat tanam benih langsung (Atabela) tabur benih, penyiangan gulma dan panen dengan combine harvester.

Pada temu lapang tersebut hadir sebanyak 230 org terdiri dari staf struktural dan fungsional lingkup Distan Kab. Dharmasraya,  PPL dan Poktan Peserta program replanting sawit Kab. Dharmasraya. Hadir juga dalam acara tsb Bupati Kab. Dharmasraya di Wakili Kepada BAPPEDA Andi Ismanto, Kadistanhotibun Prov. Sumbar diwakili Kabid TPH Maswal Noor. Kadistan Kab. Dharmasraya Darisman,  dan kepala SKPD terkait lingkup Kab.  Turut hadir Sekdis Pertanian Agam (Zufren) dan Tim Peneliti dari BPTP Sumbar. 

Menurut Darisman demfarm seluas 5 Ha yang digelar hari ini sangat menentukan pelaksanaan program akselerasi penerapan teknologi inovasi largo super, melalui pola integrasi padi gogo dengan sawit yg akan disingkronkan dengan program replanting sawit Kab. Dharmasraya pada tahun 2019.   Tanpa ada kajian dari BPTP Sumbar, maka kami tidak akan berani menerapkan suatu teknologi, meskipun dari berbagai informasi menyatakan bagus. 

“Saat ini dapat kita buktikan dari tiga varietas yg diuji BPTP Sumbar  Inpago 8 dan 9 mampu menghasilkan 4.8 t GKP/ha.  Sementara Inpago 10 puso akibat serangan penyakit blas,” imbuh Darisman.

Darisman menambahkan tanpa ada rekomendasi teknologi dari BPTP  mungkin mereka  bisa salah pilih dan  pasti nanti akan gagal dan merugikan petani.   Atas denfarm dan pendampingan BPTP Sumbar, pihak Pemda Kab. Dhamasraya berterima kasih atas kerjasama selama ini.  Darisman menjamin kerjasama ini akan tetap berlanjut masa yg akan datang. 

Lebih lanjut disampaikan  2018 dan 2019 Sumbar akan fokus meningkatkan produksi Padi, Jagung & Kedelai. Hasil Rakor tentang luas baku lahan sawah minggu lalu ternyata lahan sawah di Dharmasraya hanya sekitar 4.600 Ha yg semula tercatat sekitar 6.000 Ha. Artinya lahan sawah kabupaten ini sudah jauh berkurang.  Implikasinya pasti akan berdampak terhadap total produksi padi Sumbar, bahkan akan berdampak terhadap produksi padi secara Nasional.

Di tempat terpisah, Kepala BBP2TP, Haris Syahbuddin menyatakan apreasiasinya atas keberhasilan pengembangan  teknologi largo super di Sumatera Barat dan di provinsi lainnya  dimana teknologinya dikawal penuh oleh peneliti Puslitbangtan, BB. Padi dan BPTP.  Beberapa lokasi dilaksanakannya demfarm largo super antara lain Jawa Tengah, Gunung Kidul  (DIY), Banten, Kab. Siak (Riau), Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Konawe Selatan (Sultra), wilayah Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.

Sebagaimana diketahui pemenuhan beras nasional selama ini mengandalkan lahan irigasi dengan total potensi 8,1 juta hektare.  Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk permintaan beras mengalami peningkatan setiap tahunnya.  Untuk itu dibutuhkan perluasan areal tanam padi, salah satunya dengan mengembangkan lahan kering.  

Berdasarkan rilis data media, potensi lahan kering di Indonesia saat ini mencapai 144,41 juta hektare.  Dari luasan tersebut, baru sekitar 1,1 juta hektare  yang ditanami padi gogo.  Sebagian besar padi gogo tersebut ditanam di lahan kering dataran rendah dan berupa tanaman monokuktur.  Secara nasional, potensi lain lahan kering yang belum optimal dimanfaatkan antara lain di sela-sela tanaman perkebunan yang tersedia sekitar 2 juta hektare per tahun.  Untuk itu, secara terintegrasi dengan lahan perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa dll.

Bupati Dharmasraya dalam sambutannya yg disampaikan ketua BAPPEDA  memberi apresiasi yg tinggi terhadap kerjasama BPTP dengan Pemda Dharmasraya yg telah memberi manfaat terhadap kemajuan Dharmasraya, khususnya di bidang pertanian. Kerjasama ini akan kita kembangkan terus termasuk pengembangan Agriwisata yg dipadukan dengan wisata religi dengan akan dibangunnya Islamic Center di KP Sitiung. 

Saat ini yang  di panen di Dharmasraya adalah varietas Inpago 9 dengan rata rata hasil 4.8 t GKP/ha. Sedangkan Inpago 8 akan panen dua minggu lagi. Namun secara performa kedua varietas ini cukup bagus dan diprediksi hasil Inpago 8 akan sama dg Inpago 9.  Salah satu kunci pengembangan padi gogo di antara sawit adalah pemilihan varietas toleran lahan masam dan tahan penyakit blas serta pemberian bahan amelioran dan pemupukan yg tepat.   Perbaikan teknologi largo super di Sumbar akan tetap dilakukan terutama dalam pengaturan pola tanam dg komoditas palawija seperti jagung dan kedelai sehingga akan melahirkan inovasi yg lebih menguntungkan dalam upaya optimalisasi lahan dalam gawang sawit SY/HMSL