Hari Perkebunan Ke-60, Perkebunan Sumber Kemakmuran dan Perekat Bangsa

udin abay | Minggu, 10 Desember 2017 , 12:13:00 WIB

Swadayaonline.com - Perkebunan memberi peranan sangat penting bagi fundamental ekonomi bangsa. Dalam kondisi yang belum terurus dengan baik, perkebunan memberikan kontribusi 429 trilyun PDB yang berasal 15 komoidtas saja, dari 127 komoditas perkebunan yang ada dan belum dikelola dengan baik. Sumbangan terbesar PDB tersebut berasal dari sawit yaitu lebih dari 260 trilyun. “Komitmen kita hari ini yaitu meningkatkan daya siang perkebunan nusantara. Karena dari kondisi yang belum baik saja sudah memberi andil terbesar terhadap ekonomi, apalagi kalau mampu memperkuat dan memperbaikinya,” Kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, saat memperingati Hari Perkebunan Ke-60 dan membuka Konferensi Perkebunan di Instiper Yogyakarta. (9/12/2017)

Tema Hari Perkebunan Ke-60 “Perkebunan Sumber Kemakmuran dan Perekat Bangsa” sekaligus sebagai tonggak kebangkitan perkebunan indonesia. Dengan kerja keras, Kementan didukung kementerian lembaga terkait dan seluruh bangsa indonesia. sedangkan perkebunan sekaligus menjadi perekat bangsa menjadi kunci untuk keberhasilan membangun perkebunan. Tanpa kekompakan dan persatuan, mustahil bisa mewujudkan kekuatan perkebunan.

Menurut Bambang, perkebunan Indonesia dalam bahaya. Indonesia saat ini sebagai penghasil pangan dan energi yang paling produkstif dan efisien di dunia. Banyak negara lain tidak menghendaki kejayaan pekebunan indonesia. “Untuk itu kita harus siap mengawal perkebunan supaya bebas dari pengaruh buruk dari luar negeri yang tidak ingin perkebunan indonesia jaya, dengan berbagai isu-isunya,” ujarnya. Karena dengan sawit, kita menyelematkan hutan tropis dunia, kita mengasilkan energi, luasannya yang tidak terlalu luas tidak banyak merusak lahan.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan peran perkebunan dalam pemanfaatan dari 180 juta lahan yang dipakai untuk kehidupan, hanya 33 persen atau 64 juta hektar saja. Lahan yang dimanfaatkan untuk perkebunan dari 8 komoditi, lebih dari 20 juta hektaryang melibatkan 21 juta rakyat. 

“Kalau dikatakan perkebunan sebagai sumber kemakmuran memang benar. Kalau dilihat dari siklus pembangunan negara daerah rimut bisa terbangun mulai dari perkebunan. Karena yang bisa membangun infrastruktur dan membentuk sosial ekonomi baru, itu dari perkebunan. Kalau pangan, yang dilakukan pemerintah harus membangun fasilitas infrastruktur, tapi kalau perkebunan dia terbentuk sendiri,” ujar Musdhalifah.

Sementara itu, Staff Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono mengungkapkan 20% sumber APBN dari perkebunan. menurutnya, Indonesia pernah di jajah karena perkebunan, maka kini harus bangkit dan jajah pasar luar ngeneri dengan melakukan berbagai perbaikan. 

Pengamat Perkebunan, Manggabarani mempertanyaan keseriusan pemerintah untuk mendukung pembangunan perkebunan. Karena menurutnya dilihat perundangan masih banyak masalah, begitu sulitnya sawit berkembang. “Peraturan yang ada lebih banyak menghambatnya daripada mendukung. Selain itu tidak semua Gubernur dan Bupati mendukung perkebunan, berapa Gubernur/Provinsi yang royal untuk perkebunan, hanya 15 Provinsi yang mendukung perkebunan. 

“Dulu kita punya dinas perkebunan di setiap Provinsi dan Kabupaten, sekarang tidak ada. Ada dinas saja masih banyak masalah yang dihadapi, apalagi tidak ada. Dulu apa yang diintruksikan pusat, hasilnya sama yang ada di kabupaten. Sekarang apa yang dikatakan pusat tidak sama dengan yang di kabupaten. Bagaimana gubernur dan bupati menginginkan perkebunan maju, sedangkan SDM nya tidak menggunakan tenaga ahli perkebunan,” ujar Manggabarani. SY