Kementan Anjurkan Pemakaian Benih TSS untuk Penanaman Bawang Merah

udin abay | Kamis, 14 November 2019 , 17:33:00 WIB

Swadayaonline.com - Tahun 2019 Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura telah mengalokasikan 1100 hektar untuk pengembangan bawang merah terutama di daerah yang bukan sentra bawang merah dengan menggunakan benih True Shallot Seed (TSS). "Pengembangan bawang merah terutama bagi daerah yang baru mengembangkan, yaitu diluar pulau Jawa", Jelas Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto saat membuka Training Capacity Building & TSS Technology Adoption di 
PT East West Seed Indonesia (EWINDO), Purwakarta, Jawa Barat. (14/11/2019)

Prihasto mengatakan, penanaman bawang merah dengan menggunakan biji atau TSS untungnya lebih besar dan lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan benih umbi bawang merah. "Benih TSS harganya 2.5 juta/kg, dan membutuhkan 4-5kg untuk penanaman 1 hektar. Tapi bila menggunakan benih umbi minimal 1ton/ha dengan harga 40ribu/kg. Memang kalau menggunakan biji perlu waktu penyemaian 1-2 bulan, namun produksinya sangat tinggi bisa mencapai 18-20ton/hektar. Selain itu, penanaman bisa lebih seragam dan bisa memilih benih yang bagus. Dengan TSS juga mempercepat pengembangan kawasan korporasi", ujarnya.

"Saya sudah berkunjung ke beberapa daerah pengembangan sentra bawang merah dan petani sangat senang menggunakan benih TSS, bahkan di Malaka hasil panennya sudah diekspor ke Timor Leste", ucap Prihasto. Dirinya menambahkan bahwa saat ini Ditjen Hortikultura telah menyiapkan 
Early Warning System yaitu sistim untuk antisipasi produksi bawang merah 3 sampai 5 bulan kedepan sampai kelevel kabupaten. Dengan sistim tersebut akan terlihat berapa produksi bawang merah disetiap sentra bawang merah, bila ada daerah yang kurang akan kita informasikan agar segera menanam untuk mengantisipasi gejolak harga dan mencukupi ketersediaannya. Data produksi tersebut nantinya juga akan terhubung dan terintegrasi dengan War Room yang sedang dikembangkan oleh kementan", tambahnya.

Mengenai kegiatan training EWINDO tentang Capacity Building and TSS Technology Adoption kepada lebih dari 70 Peneliti dan Dosen dari Lembaga Riset dan Universitas di Indonesia dan dikerjasamakan dengan PERIPI (Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia0, BALITSA (Badan Penelitian Tanaman Sayuran), VegIMPACT (Oragnisasi nirlaba kerjama pemerintah Indonesia dan Belanda), Prihasto berharap sesuai perannya dosen dan peneliti sebagai agen perubahan mampu mendorong keberhasilan adopsi teknologi TSS kepada petani serta bagaimana berbudidaya yang ramah lingkungan tanpa menggunakan pestisida yang berlebihan.

Glen Pardede dari PT East West Seed Indonesia mengatakan sejak tahun 2006 telah mengembangkan benih TSS dan kurun waktu 2 tahun kedepan benihnya akan tersedia. Dengan program pemerintah yang melakukan pengembangan kawasan bawang merah1000 hektar sangat bagus sekali, sehingga bisa banyak menjangkau banyak daerah dan bisa rasakan dimanfaatkan oleh banyak petani. Karena tujuan perintah dan pengusaha sama, yaitu bagaimana menolong petani agar lebih maju lagi. SY