Program Kementan Tingkatkan Produktivitas Pertanian di Jawa Tengah

udin abay | Selasa, 24 Mei 2022 , 22:38:00 WIB

Swadayaonline.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, bahwa kita tidak dalam kondisi yang biasa biasa saja. Setelah didera covid 19, kini dihadapkan pada climate change atau perubahan iklim yang berdampak pada perekonomian khususnya sektor pertanian. Ia mengingatkan adaptasi dan mitigasi perubahan Iklim harus dilakukan, mengingat Indonesia adalah negara terbesar ke-4 dunia.

"Kita belum selesai menghadapi tantangan covid-19 yang masih terjadi sampai hari ini dan kita dihadapkan juga dengan emisi gas, efek rumah kaca dan persoalan lingkungan. Ingat, perekonomian dunia porak poranda selama dua tahun, termasuk Indonesia. Namun yang mampu bertahan adalah sektor pertanian," ungkap Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, climate change terjadi diawali dari peningkatan suhu permukaan bumi, sehingga bukan hanya menyebabkan panas tapi ekosistem juga akan berubah. "Pemanasan global utamanya di sebabkan oleh prilaku manusia, aktivitaals manusia yang menghasilkan gas rumah kaca. Bahkan dari sektor pertanian juga menyumbang peningkatan suhu seperti pemupukan yang tidak berimbang sampai kurangnya pemanfaatan air yang benar", ujarnya.

"Akibat gas rumah kaca, es yang ada di kutub mencair, sehingga volume air laut meningkat dan fenomena ini sudah terbukti. 70 persen lahan sawah pertanian ada di pesisir, kalau airnya meningkat akan membanjiri lahan pesawahan sehingga menomena ini sudah terbukti. berarti lahan sawah pertanian yang 70 persen ada di pesisir, air laut akan ke lahan sawah, menyebabkan tanaman akan mati dan produksi menurun", tegas Defi Nursyamsi saat membuka Pertemuan Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Simurp Komponen A Tahun 2022 di Aruss Hotel, Semarang secara virtual. (24/5)

Menurut Dedi Nusyamsi, hanya manusia yang mampu mengantisipasi dan mengatasi dampak climate change. melalui proyek Strategic Irrigation Modernization and Urgen Rehabilitation (SIMURP), ini wajib melakukan inovasi teknologi terhadap climate change dengan pertanian cerdas iklim. "Berdayakan petani, penyuluh dan seluruh insan pertanian. Mereka harus paham tentang perubahan iklim dan mengerti cara mengatasinya didaerah masing masing", tambahnya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Tri Susilarjo mengatakan, kegiatan SIMURP mampu meningkatkan produktivitas pertanjan di Jawa Tengah khususnya di Kota Semarang, selain juga mampu menekan gas rumah kaca. "Di Jawa Tengah, ada penambahan beberapa Kabupaten baru. Saya berharap, Kabupaten tersebut juga bisa mendapatkan manfaat dari program SIMURP", katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanur Arifin Caya mengungkapkan, pertemuan ini untuk mengakselerasi kegiatan SIMURP Komponen A khususnya di Jawa Tengah. Selain itu untuk menatapkan kegiatan secara teknis, sehingga SIMURP dalam penerapan inovasi teknologi, pemanfaatan climate smart agriculture bisa dilaksanakan secara tepat sehinga bermanfaat bagi petani dan meningkatkan produktivitas.

"Dari evaluasi yang dilakukan, terjadi peningkatan produktivitas yang cukup baik. Dan berdasarkan laporan, kegiatan di wilayah SIMURP, produktivitasnya meningkat. Namun yang penting, program SIMURP mempunyai kekhasan yaitu menerapkan Climate Smart Agriculture (CSA) yang diterapkan oleh petani melalui pengawalan oleh penyuluh.

Untuk diketahui, Proyek SIMURP merupakan kegiatan modernisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi yang mendesak dan penting yang pelaksanaannya dilakukan lintas Kementerian. Kegiatan sendiri difokuskan pada upaya strategis pemerintah untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global yang saat ini semakin terasa untuk membangun pertanian cerdas iklim. SY/NF