Lihai Membaca Peluang Pasar, Andini Khaerunisa CS Tekuni Bisnis Perlebahan

udin abay | Rabu, 21 Oktober 2020 , 22:03:00 WIB

Swadayaonline.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menaruh harapan besar  pada generasi milenial dalam pembangunan pertanian. Menurutnya milenial harus  berani menjadi petani atau mendirikan starup pertanian.  "Usaha pertanian itu paling pasti untuk dilakukan. Selain untuk ekonomi, bisa juga membuka lapangan kerja. Coba bandingkan dengan usaha tambang yang membutuhkan waktu 10 tahun - 20 tahun baru bisa mendatangkan hasil. Kuncinya adalah ada kemauan dan pintar dalam membaca peluang pasar," ujar  Syahrul.

Membaca peluang pasar merupakan hal yang esensial yang wajib hukumnya bagi seorang entrepreneur bila ingin sukses.  Kelihaian dalam membaca peluang pasar baiknya dilakukan mulai dari saat memulai suatu usaha, mengembangkan usaha, melakukan segmentasi pasar, hingga saat melakukan perluasan usaha. 

Kepala Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa insan pertanian  harus bisa menguasai sistem dan jejaring produksi, utamanya dalam hal supply and demand.

“Insan pertanian tak terkecuali petani dan pengusaha pertanian harus menguasai supply and demand. Dimana kita harus memastikan ketersediaan produk dan pintar membaca apa yang menjadi kebutuhan pasar.  Supply and demand akan berpengaruh pada fluktuasi harga. Seringkali terjadi over produksi sebuah produk pertanian lantaran supply and demand tak dikuasai dengan baik. Akibatnya terjadi kelebihan produk daripada permintaan pasar yang membuat harga menjadi terjun bebas" jelas Dedi.

Adalah Andini Khaerunisa, Nuning Ratnaningsih, Karimah Hani dan Yogi Ikbaludin, empat generasi milenial alumni Universitas Padjajaran yang mencoba memanfaatkan peluang usaha budidaya lebah hingga produksi madu.

Sektor bisnis perlebahan dan produk turunannya menjadi bisnis potensial di tengah badai pandemi.  Sebagai salah satu suplemen kesehatan, madu kini menjadi primadona bagi masyarakat untuk menjaga ketahanan tubuh di masa pandemi.

"Tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman  khususnya madu untuk meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi menjadi rejeki tersendiri bagi kami. Saat ini permintaan pasar akan madu dengan kualitas baik semakin besar. Ini merupakan peluang yang sangat sayang bila tidak di manfaatkan untuk membuka usaha", kata Andini.

Ditemui di lokasi penakaran lebahnya (17/10/2020) ia menceritakan awal usaha yang mulai dirintis awal April lalu. "Bermodalkan bantuan dana dari Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP)  pada tahun 2020 kami merintis usaha budidaya lebah dan mengolah menjadi madu kemasan dengan label Madu Padjajaran. 

Keempat alumni Universitas Padjajaran ini fokus pada madu jenis Trigona, Malifera dan Dorsata.  "Dalam waktu 6 bulan kami telah memiliki 47 stup dengan kapasitas produksi 14 kg per sekali panen. Untuk pemasaran kami mengandalkan penjualan online melalui website, medsos selain menjual secara offline", tambah Andini.

Berlokasi usaha di kabupaten Tasikmalaya yang merupakan lokasi program YESS keempat wirausaha muda ini berharap akan ada pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka baik dari sisi produksi, paska produksi hingga pemasaran. "Kami bersyukur banyak program Kementerian Pertanian (Kementan) seperti PWMP dan YESS untuk membantu kami dalam mengembangkan usaha di sektor pertanian. Tak hanya sekedar memberikan bantuan modal kami pun mendapatkan pendampingan serta pelatihan untuk meningkatkan usaha kami" ungkap Andini. SY/NL