Ditjenbun Siapkan Pusat Perbenihan Modern dan Tradisional Dalam BUN 500

udin abay | Jum'at, 24 September 2021 , 09:35:00 WIB

Swadayaonline.com - Produktivitas tanaman perkebunan saat ini masih rendah misalnya kopi 0,78 ton/ha, karet 1,2 ton/ha, sawit 3,1 ton/ha. Penyebabnya tanaman tua, benih asalan dan adopsi GAP rendah. Kebun rakyat yang sudah tua luasannya mencapai 1,472 juta ha Potensi peremajaan, rehabilitasi kebun rakyat ini memerlukan benih 1 miliar batang. M Saleh Mokhtar, Direktur Perbenihan Perkebunan menyatakan hal ini dalam Bimbingan Teknis online Teknologi Perbenihan Perkebunan.

Kondisi perbenihan perkebunan saat ini adalah penyediaan benih kebanyakan di luar lokasi pengembangan komoditas perkebunan; penggunaan benih varietas/klon unggul produktivitas tinggi hasil hasil perbanyakan dengan teknik kultur jaringan dan bioteknologi lainnya masih terbatas; mutu benih beragam dan masih rendah.

Kondisi yang diharapkan adalah penyediaan benih varietas/klon unggul, bermutu dan produktivitas tinggi berada di lokasi kawasan pengembangan komoditas perkebunan. Tersedia kebun benih varietas unggul produktivitas tinggi dan infrastruktur pembesaran benih di lokasi kawasan pengembangan kawasan perkebunan. Potensi peningkatan produktivitas perkebunan dengan menggunakan varietas /klon unggul adalah kelapa yang saat ini 1,114 kg/ha berpotensi meningkat 1.500 kg/ha, ; tembakau 902 kg/ha potensi peningkatan 1.750 kg/ha; kakao 756 kg/ha potensi peningkatan 2.000 kg/ha; kopi 782 kg/ha potensi peningkatan 2.500 kg/ha ; cengkeh 371 kg/ha potensi peningkatan 800 kg/ha ; jambu mete 434 kg/ha potensi peningkatan 800 kg/ha ; pala 453 kg/ha potensi peningkatan 650 kg/ha; nilam 153 kg potensi peningkatan 375 kg/ha ; kelapa sawit 3.644 kg/ha potensi peningkatan 7.530 kg/ha ; kemiri sunan 41 kg/ha potensi peningkatan 7.500 kg/ha; tebu 5.207 kg/ha potensi peningkatan 6.400 kg/ha; kapas 31 kg/ha potensi peningkatan 2.500 kg/ha; sagu 3.715 kg/ha potensi peningkatan 2.250 kg/ha, teh 1.592 kg/ha potensi peningkatan 2.000 kg/ha; karet 1.161 kg/ha potensi peningkatan 1.670 kg/ha, lada 802 kg/ha potensi peningkatan 1.500 kg/ha.

Kekayaan sumber genetik tanaman perkebunan cukup banyak dan beragam, telah dilepaskan sebagai varietas unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian yaitu kopi arabika 12 varietas/klon, kopi liberika 3 varietas/klon, kopi hibrida 5 varietas/klon, kopi robusta 24 varietas/klon, tebu 106 varietas/kon, kelapa hibrida 5 varietas/klon, kelapa kopyor 4 varietas/klon, kelapa genjah 6 varietas/klon, kelapa dalam 31 varietas/klon, cengkeh 4 varietas/klon, kakao 23 varietas/klon, teh 18 varietas/klon, pala 7 varietas/klon, lada 10 varietas/klon, jambu mete 9 varietas/klon, karet 25 varietas/klon.

Arah kebijakan program BUN 500, BUN Bermutu OK adalah membangun sistem perbenihan tanaman perkebunan progresif, mandiri dan berkelanjutan. Pemerintah memfasilitasi pembiayaan, administrasi , NSPK . Benih sumber dari litbang pemerintah, mandiri, litbang non pemerintah diperbanyak oleh pusat perbenihan dan produsen benih swasta. Dari sini diperbanyak lagi menjadi benih siap salur kawasan mandiri benih yang akan digunakan pekebun.

Proses utama bisnis perbenihan Bun 500 adalah pembangunan nursery center (pusat perbenihan) . Manajemen nursery meliputi jenis dan jumlah semai, pembibitan/pembesaran, pemeliharaan (penyiraman/pemupukan, kontrol OPT/cahaya).

Pusat pembenihan terbagi menjadi modern dan tradisional. Nursery modern meliputi kultur jaringan untuk tebu dan somatic embryogenesis untuk kopi dan kakao. Sedang tradisional lewat pembesaran biji, entres, stek dan lain-lain untuk komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada, pala, kelapa, karet.

Sedang proses pendukung adalah sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman, pengawasan dan peredaran lewat kemitraan/kerjasama dengan dinas provinsi, kabupaten/kota, produsen/penangkar). Proses pengembangan studi banding nursery modern dan pelatihan/magang. Sarana dan prasarana berupa peralatan laboratorium kultur jaringan, bangunan laboratorium, kantor, sarana irigasi, green house, pembesaran. Humas Ditjenbun